Karena masa depan itu sungguh nyata ...dan harapanmu tidak akan hilang!

Monday, March 28, 2016

4 Peraturan Yang Wajib Diketahui Pengarang Agar Sukses Menulis Cerita! Mau Tahu Apa Saja Mereka? Baca Tulisan Ini!

Haha, salah satunya adalah, wajib membuat judul yang bikin orang kepingin baca (itu kan salah satu teori copywriting, grab your audience attentions immediately with your post title!). Etapi, itu mah berikutnya ya, setelah membuat karangan baru mikirin penampilan karangan. Judul,  cover buku dan gimana kamu nyusun ceritanya itu semua termasuk dalam penampakan.

Seperti yang kalian seharusnya sudah tau, Jadi, salah satu kegilaan kegiatan sampingan saya adalah mempelajari tentang menulis cerita. Saking sukanya saya melakukan pencarian tentang teknik-teknik mengarang sampai akhirnya saya bikin blog khusus namanya Architext101 (belum ada penampakan isinya, masih ditabung di draft) untuk menampung teknik, tips dan entah apalagi yang nanti bakalan saya temukan. Hal ini nyambung dengan blog saya bersama teman-teman di KampungFiksi.com yang isinya semua tentang fiksi: pengarang, novel, cerpen, film (layar lebar/televisi), main-main ke sana aja kalau pingin tahu.

Lanjut yuk....

Mengarang cerita fiksi masuk dalam ranah kreatif (amin, saudara?), dan kreativitas mematuhi satu set aturan dan hukum yang nggak biasa. Kalau kamu melanggar aturan hukum tersebut kamu bakalan menghabiskan (terlampau) banyak energi tanpa menghasilkan apa-apa.

Kebanyakan calon pengarang menyerah kalah karena mereka melanggar peraturan tersebut. Ironisnya, pelanggaran dilakukan tanpa menyadari bahwa peraturan itu ada. Padahal, dengan melakukan pelanggaran tersebut (tet-tot!!!!) sama saja dengan menjerumuskan diri untuk melakukan hal yang mustahil. Apa akibatnya saat ngotot tetap keukeuh melakukan hal yang salah mustahil? Banjir nggak bakal berhenti mengguyur saat musim hujan tiba walaupun Bandung adanya di dataran tinggi! Jawab sendiri aja ya, saya udah duluan mikirin banjir akibat sampah yang nggak dibersihkan dengan berharap semoga hujannya yang dikendalikan sama Tuhan (puter mata), terlalu pemalas itu nggak kreatif menemukan solusi sodara, kreatifnya menemukan alesan dan membuat komentar yang memancing sandal melayang., pasti tau dong...

Kenapa hal itu terjadi? Karena adanya salah pengertian tentang bagaimana proses kerja yang seharusnya terjadi misalnya, mustinya bersihin sampah di sungai, tapi mikirnya curah hujanlah  yang kudu dikendalikan. Kebanyakan orang mengalami salah pengertian ini karena ia sudah terbiasa bertahun-tahun membiarkan banjir terjadi dengan aturan standar lalu dengan niat baik, memaksakan peraturan yang dikira masuk akal tersebut ke dalam proses mengarang. Karena peraturan yang diikutinya salah, hasilnya pun mengecewakan.

Haish, miss G, jadi apa dooong peraturan-peraturannya? Dari tadi ngomelnya soal banjir-banjiran melulu!

Mau tahu apa saja peraturan yang wajib diketahui oleh pengarang yang sakseus menulis ceritanya?


Sunday, March 27, 2016

Paskah: Memperingati Kematian & Merayakan Kebangkitan

Beberapa minggu yang lalu, seorang pendeta sebuah gereja di Semarang mendadak meninggal karena sakit jantung. Pendeta yang sangat dikasihi umatnya ini, sempat didoakan agar bangkit kembali karena mereka yang ditinggalkan masih belum bisa melepaskannya.

Hari Sabtu menjelang Paskah ini, seorang teman kehilangan tantenya karena penyakit ginjal yang diderita. Seorang tante yang saya kenal, di gereja, juga harus kehilangan suaminya akibat penyakit ginjal juga. Dua kematian pada hari yang sama, di hari Sabtu di mana Kristus yang mati pada hari Jumat sore dan turun ke dalam kerajaan maut untuk membebaskan manusia dari kuasa maut, sedang bersiap-siap untuk bangkit pada keesokan harinya.

Tapi, berbeda dengan Kristus yang kemudian bangkit dari kematiannya pada hari minggu Paskah ini, pendeta yang sempat didoakan agar bangkit dari kematian maupun mereka yang meninggal pada hari Sabtu kemarin, tidak bisa dibangkitkan. Mereka bukan Yesus, mereka juga bukan Lazarus.

Kematian mereka bersifat permanen untuk jangka waktu yang tidak diketahui sampai Kristus datang kembali dan setiap manusia dibangkitkan dari kematian dagingnya untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya selama berada di dunia ini.

Semua orang tanpa terkecuali, akan mati. Semua juga akan dibangkitkan untuk menghadapi pengadilan Allah. Tapi, menurut iman Kristen, orang-orang yang memiliki iman kepada Kristus, yang mengamini bahwa Kristus adalah Sang Juruselamat, sudah pasti diselamatkan oleh iman tersebut, saat mengalami pengadilan Allah. Dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan yang diperbuat, secara mutlak sudah ditebus.

Keyakinan tersebut karena iman Kristen percaya bahwa karya penyelamatan untuk umat manusia sudah dilakukan dan dituntaskan secara sempurna melalui pengorbanan Kristus di kayu salib. Itu sebabnya, Rasul Paulus berani berkata ia hidup untuk Kristus dan mati merupakan keuntungan. Sejak 'mengenal' Kristus di jalan menuju Damsyik dalam misinya mengejar dan membunuh pengikut Kristus, Paulus mengalami transformasi total, dari kontra-Yesus menjadi pro-Yesus. Sejak saat itu, ia hidup untuk dan di dalam Kristus, sehingga setelah mati pun, ia tetap hidup di dalam Kristus. Paulus mengimani bahwa jaminan tersebut berlaku kekal.

Berdasarkan pernyataan Paulus itu, maka dapat disimpulkan bahwa mereka yang hidup di dalam Kristus hitungannya adalah beruntung. Bahkan ketika kematian menjemput dan sengat maut memotong takdir kehidupan di dunia ini, kita tetap hidup di dalam Kristus, dan hanya itu yang kita perlukan.

Kematian adalah perpisahan yang memilukan. Kita tidak tahu kapan bisa bertemu kembali. Setiap orang dalam situasi mental yang normal dan sehat pastinya tidak punya keberanian juga untuk cepat-cepat menyusul sebesar apapun duka yang dirasakan. Duka itu sifatnya juga hanya sementara, insting untuk tetap hidup yang merupakan anugerah Tuhan selalu dan sudah seharusnya lebih kuat daripada keinginan untuk mati.

Duka itu juga pernah meraung-raung di sepanjang Via Dolorosa. Duka itu juga bertahta di puncak-puncak Golgotha. Duka itu juga menancap dalam-dalam di hati para pengikut Kristus. Tetapi, pada hari yang ketiga ketika batu penutup kubur digulingkan dan kubur itu menganga kosong tanpa jasad Kristus, saat itu, sengat maut sudah dipatahkan, kuasanya yang menakutkan telah dihancurkan. Duka digantikan dengan sukacita. Sebab sejak saat itu, kuasa kasih dan pengampunan berlaku. Kebangkitan Kristus menjamin perdamaian Allah dengan manusia. Iman Kristen bertumpu pada kebenaran kebangkitan tersebut.

Tidak semua orang mau percaya, kita semua tahu itu. Tidak ada yang bisa dipaksa untuk percaya. Sebab iman tak bisa dipaksa-paksa, tak bisa dimanipulasi, tak bisa dipalsukan. Iman datang dari pengertian. Pengertian berasal dari Roh Kudus. Beruntunglah mereka yang bisa percaya.

Monday, March 21, 2016

Gratcia Nulis' Tagline: Be True To Yourself, To Your Soul, To Your Own Voice, What's Yours?

Been away from blogging for so long and missing some of my old blogger friends. I used to read their posts, their life. Feeling like I know them personally, intimately, because of the stories they generously share on their blog. Tonight, when I wandered around, trying to find a glimpse of our glorious wonderful past, I visit their blogs, I read some old posts, I feel the connection again. The past is so near if only I refused to read the date. Unfortunately, I could not help to notice. It is not the same as before, because their life seems to stop there on their last post. I wonder what are they doing right now... Will they ever going to blog again? Will I ever be able to peek into their lives, again?

I do not have the answer...

But they did me a favor, a subtle eureka moment. Their posts, their stories, reminded me of why I blog, and the feeling I got from writing and then reading personal stories. That is why I am blogging. Because I love to think out loud. I need to tell my stories, I love to read them again and find out how different I felt or judge or thought about how things were back then, or realize nothing changes, I still feel the same I just understand it better or still lost. It is precious to me. I don't always understand me, the great I inside this growing old body of mine, but by reading about my past, I understand my right now, my today and what I stand for. The right and the wrong, everything changes, for better or worse, that's how life goes, and that is how I go too.

So i decided to let this blog to be as personal as I can allow myself to be. So someday in a not so near future, when I read this blog old posts, I don't feel like I have cheated on me because I cannot recognize my own voice. I save that for other blogs, haha... This old blog, will stay the same. It's about me: who I was before, who I am now, and who I will or might be but not, what I stood for and what I stand for. I will try to be as honest as the cunning shio monkey personality and the gemini duality can tolerate me to do. So, dear blog and dear readers, if there is one, you are stuck with me. I hope you enjoy the ride, I'm sure I will!

Friday, March 18, 2016

Perselingkuhan Hati, Salah Siapa? Apa Alasannya? Yang Mana Alasanmu?

Aih berat sangat ya kalau sudah mulai ngomongin soal hati, wkwkw, kalo sambel goreng ati rempela mah enak. *Iya, gue nyadar, becandaan gue garing, kriuk!* Eniweis, yang namanya hati, nggak bisa diatur-atur, itu semua orang juga tahu. Hati adalah organ tubuh yang paling jujur dan paling kena masalah ketika kita mengalami naik dan turun lonjakan emosi. Kamu tahu istilah heartbroken, alias patah hati, padahal yang dimaksud adalah gagal jantung. Nah, itu beneran lho, bener-bener terjadi. 

Ketika kamu mengalami patah hati, dan jantung kamu rasanya sakit luar biasa, seakan-akan ada kekuatan nggak manusiawi yang tega betul memecah dadamu lalu merogohkan tangannya ke dalam rongga itu untuk mencabut paksa jantungmu yang masih berdetak, saat itu, kamu memang sedang mengalami krisis. Sakit secara jiwa dan sakit secara raga, sedang terjadi. Kepedihan yang luar biasa, bisa membinasakan. Saat emosimu diaduk-aduk, hormon-hormon pemicu stres serempak bangun dan bergolak, mereka datang bertubi-tubi menggedor-gedor jantungmu. Saya nggak cuma jualan kecap aja seperti profesor naik-naik whatever eh maksudnya seperti mereka yang sukanya debat agama saya tahu apa yang saya bicarakan (cieh, cieh, siriyus lo si tante G), been there. 

Kalau bisa sih, ogah mengalami hal itu. Bisa? Bisa dong, mati aja sono, nggak bakal ngalamin hal-hal yang memang dialami oleh semua manusia yang hidup sekian lama tanpa terkecuali. Tentu tidak, saya kan sudah minum combantrin semua orang pernah mengalami patah hati akibat kekecewaan, apapun bentuknya. Yang paling lazim sih putus cintrong, itu nggak selesai-selesai ditulis dalam cerpen, novel maupun film. 

Gimana reaksi kebanyakan orang saat mengalaminya? Ada yang berlarut-larut berenang-renang di kolam airmatanya dan ada yang nggak membiarkan dirinya terlalu lama dikerjain sama situasi di luar kendalinya. Kamu termasuk yang mana? Jangan dijawab dulu, tahan dulu, kita akan kembali setelah break yang satu ini. *Krompyang!*

Mari kita lanjutkan. *Seruput jamu jeniper campur kunyit dulu, slulurp..hm, mau? Bikin sendiri aja, cuma jeruk nipis diperes, dicampur sama air larutan kunyit bubuk. Beres.*

Setelah semua masa-masa patah hati itu berlalu, dan kejadian-kejadian kemudian berjalan sesuai takdirnya masing-masing, kadang-kadang, apa yang kita kira sudah berlalu, ternyata nggak begitu juga kenyataannya. Kenyataannya, CLBK sering terjadi. Tau dong CLBK, cinta lama bersemi kembali, atau ada juga yang cinta lama nggak pernah mati, dia cuma pingsan sejenak atau sedang koma, dan sekarang bangkit lagi. Nggak masalah dong, kalau dua-duanya sama-sama nggak sedang terikat komitmen dengan orang lain. Yang jadi masalah, saat salah satu atau salah dua masih terikat dengan komitmen dengan pasangan masing-masing. Naitu...ba-ha-ya, cyiiin! Walau kedua belah pihak sama-sama bilang, "Biar cuma kita berdua saja yang tahu..." Tapi ya itu dia dong deh, kuncinya terletak pada kata 'kita', kata kolektif itu, yang tanpa sadar diucapkan oleh dua orang yang merasakan sebuah rasa istimewa karena apa yang mengikat mereka memang istimewa. Apalagi kalau ikatan mereka pada saat harus putus, sedang mesra-mesranya dan oleh sebuah kejadian tertentu mau nggak mau terpaksa harus putus. Dua-duanya sama-sama enggan berpisah, tapi kenyataan berkata lain.

Hmm.. Iya sih, di skenario itu pun terasa kelemahannya ya? Kalau memang cinta ya berjuang dong untuk mempertahankan cinta itu. Kalau nggak, jangan ngoceh soal cinta deh. Hidup itu perjuangan, darah itu merah jendral! Cetaaarrr!! Tapi, (hedeh kebanyakan tapi wkwkwk) percaya nggak percaya, cinta memang bukan segala-galanya ketika dihadapkan pada sebuah pilihan. Rasa sayang kepada orangtua, rasa bertanggungjawab karena ada bayi yang sedang tumbuh di dalam kandungan, dan berbagai macam alasan yang sebenarnya sangat terhormat, bisa mengalahkan cinta yang masih tumbuh di hati. Mengorbankan perasaan sendiri dan perasaan orang yang justru sangat dikasihi demi orang-orang lain yang sepertinya jauh lebih membutuhkan pada saat itu.

Mungkin, karena masa depan seperti apa yang menjulang di depan sana tak dapat diprediksi, sehingga jalan yang dipilih saat itu, justru jalan yang terasa paling aman. Dengan dukungan keluarga, cinta akan tumbuh dengan sendirinya. Anak akan menjadi perekat dalam pernikahan. Alasan-alasan ini terasa benar dan nyaman pada saat itu. Mungkin ada rasa ragu atau perasaan bersalah, tetapi ada kewajiban yang lebih besar yang harus dipenuhi, memastikan masa depan yang akan dijalani lebih stabil dibandingkan dengan resiko yang ditinggalkan di belakang. Sayangnya Celakanya, setelah tahun-tahun berlalu, tekanan yang ada pada saat itu, yang seakan-akan mendesak antara hidup dan mati, tidak lagi ada. Kelebayan telah berlalu, krisis berakhir sudah. Hari-hari berjalan normal, mungkin cenderung datar dan membosankan, masa depan tetap saja masih rahasia. Tiba-tiba saja, nggak sengaja melihat bayangannya di supermarket, atau eh tau-tau jadi pantia bareng di kelompok alumni. Kegelisahan dan kerinduan tentang dan terhadap seseorang yang tidak hilang juga itu, seakan terjawab. Ini macam dejavu atau malah kesempatan kedua. Setiap melihat pasangan, jadi berpikir, malah berpikir, seandainya yang dinikahi adalah si dia dan bukan pasangan saat ini, bagaimana rasanya?

Ayooo...bagaimana rasanya? Dan mulailah jalan-jalan setapak itu dirintis kembali. Ditelusuri dan dipertanyakan. Apakah keputusan saat itu sudah yang terbaik? Bila sudah, apakah sudah tepat untuk jangka panjang? Apakah mungkin mengambil keputusan yang berbeda bila bisa mengulang kembali? Jawabannya tentu hanya kamu, ya, ya, ya, kamuuuuuh mas, mbak, oom, tante...yang tahu...

Yang jelas, perselingkuhan hati itu terjadi dimana-mana. Nggak semua orang beruntung terkena kutukan kotak pandora cinta ini. Tapi buat kamu yang mengalaminya, harus kamu akui kan, perasaan itu keparat sekali!

Sekian!

Monday, March 14, 2016

Banjir, Banjir, Siapa Yang (Masih) Punya?

Hellooow, ada yang bisa jawab nggak pertanyaan di judul entri ini? Enggaaaak! Nggak apa-apa sebab ini juga entrinya mau nyindir abis, nyinyirin ngebahas silaturahmi banjir di propinsi tetangga yang kemarin salah satu walkot terbaiknya dipaksa-paksa suruh datengin banjir lagi ke Jakarta mau dicalonkan untuk DKI1 rebutan sama si koko kita yang sekarang masih sibuk ngumpulin KTP, ngomong-ngomong, udah pada ngumpulin blom? Buruan ikut nyetor ke Teman Ahok, kita sedang bikin sejarah baru nih, gubernur yang terpilih karena maju secara independen, people power, gaes!

Posko Teman Ahok BUKAN CUMA DI MALL, tapi jg ada di 150 kelurahan di Jakarta. Silakan cek www.temanahok.com/posko. Kita mau Ahok jadi Gubernur lagi, ini saatnya kita bergerak dan buktikan bahwa kekuatan warga DKI memang ada!



Lanjooot!

Soal banjir, dulu, dulu itu beberapa tahun yang lalu, Jakarta selalu langganan banjir. Se-la-lu! Bahkan sampai ada meme-meme keparat banget yang beredar soal samudera Jakarta, wakakakaka... Kalau mau berenang-renang gratis di jalan protokol juga bisa. Rumah-rumah di kompleks perumahan mewah sekalipun kena jatah kebanjiran sampai hampir cuma tersisa atapnya saja. Perahu karet? Kami serumahan nyaris beli satu buat siap-siap siapa tau Jakarta tenggelam. Atau yah...bisa disewakan saat bencana tiba (yooloooh teganya dikau, nte!), aji mumpung, memanfaatkan bencana secara maksimal. Sayangnya Untungnya niat busuk itu nggak pernah terlaksana, selain karena perahu karet ternyata mahal, juga karena sebelum uang kekumpul, banjir udah ga berani datang lagi. Tau kenapa? Sebab gubernur Jakartanya udah kasar sekarang, enggak santun, nggak asyik lah pokoknya buat dikunjungi. Banjir memutuskan tali silaturahminya. Ihiks....

Tapi etapi, kemana dong mereka harus pergi kalau begini caranya? Ya nyari yang gubernurnya welas asih, santun dan barokah. Demikian akhirnya mereka memutuskan untuk memelihara silaturahmi dengan propinsi tetangga. Dan kita orang-orang Jakarta, terutama dua ponakan saya yang sekolahnya dulu langganan banjir dan langganan kena libur karena banjir, hanya mampu menatap dengan mata nanar saat melihat berita banjir menyerbu propinsi tetangga, tak ada lagi jatah liburan banjir untuk mereka beberapa tahun belakangan ini. Malang sekali nasibmu, naaak, naaak! 
















Mengapa banjir masih juga betah di propinsi tetangga, sebab bupatinya bilang rakyat sudah terbiasa dibanjirin sama air, kalo dibanjirin sama emas, baru luaaarrr biasa. Gitu ya pak? Jadi ya, terima, terima ajalah. Ini kan sudah suratan takdir dapat bupati yang begitu. Nanti juga itu air surut sendiri kok, nggak usah diapa-apain, diemin ajaaa! Itu contoh betapa santunnya pejabat-pejabat di sana menyikapi banjir. Mereka ramah dan baik hatinya, makanya barokah banjirnya juga tetap besar-besaran. Tradisi yang nggak boleh diubah, nggak sopan soalnya kalau diubah. 

Apalagi banjirnya ini adil, mau orang kecil atau orang besar, sama-sama kebagian dapat jatah air sungai citarum. Sama deh kayak orang Jakarta jaman-jaman gubernurnya santun-santun dulu itu, mau kokai, mau nggak kokai, mau punya ktp dki atau pendatang bawaan abis mudik, semua kebagian air kiriman dari Bogor. Jadi ya, cuma di saat-saat seperti itu kita bisa merasakan indomie selerakuuu secara massal.

Yah, semoga aja si banjir tahu diri, kalau bertamu jangan lama-lama, jangan keterlaluan nyusahin tuan rumah.


Sunday, March 13, 2016

Saat Pintu Tertutup, Apa Yang Kamu Lakukan?

Ada pepatah yang sering banget digaung-gaungkan dan meme-memenya beredar luas di internet, bunyinya, saat sebuah pintu ditutup ada jendela yang terbuka. Maling banget itu ya, nggak bisa ngeliat ada celah langsung dipanjat! Padahal saudara-saudara sebangsa dan setanah-air, sebahasa pastinya, sebab kalau enggak kalian nggak bakal bisa baca tulisan keceh ini, *kembali ke topik* padahal, sebetulnya kalau sebuah pintu, ditutup, selama enggak dikunci atau digembok, bisa dibuka lagi! Surpriseeee!! Bahkan kalopun dikunci, selama lo punya kuncinya juga dan sang kunci dicabut dari lubang kunci, atas dasar apa elu nggak berusaha buka itu pintu apalagi kalau itu pintu rumah sendiri? Oh, please, be reasonable lah.. Jangan terlalu lemah dan lebay gitu, begitu pintu ditutup langsung lemes, sementara yang punya jiwa rampok malah manjat jendela, wuakaka, terlaluuu...

Ada tujuannya nggak postingan ini? Iye, bentar deh, gue memang sedang nyari tujuan, mau kemana dibawa perasaan inih....

Maksudnya, masih berkaitan dengan entri Mari kita coba lagi yang kemarin itu (gue mah gitu orangnya, belom tuntas-tuntas juga ngebahas yang nggak penting-penting), seringkali kita begitu mudah mengharu-biru dan baper. Mellow lalu bawaannya meong-meong kayak si puss yang dikurung di luar rumah. Masuk akal kalau dia enggak bisa buka pintu, lha kita? Suka lupa fungsi pintu itu apaan, dia nggak cuma bisa dipakai untuk menutup tapi juga untuk membuka. Jadi, kalau itu pintu ditutup tapi kamu belum selesai ngomelnya, ya buka aja lagi trus lanjutin ngomel. Dan ingat juga, kalau kamu yang sengaja menutup pintu, jangan lupa cepat-cepat dikunci lalu digembok, kemudian periksa jendela jangan sampai ada yang terbuka, percuma kunci pintu tapi lupa tutup jendela -____- .

Intinya, *hastagah tante G, masi berlanjut????* pintu yang tertutup enggak selalu berarti nggak bisa dibuka lagi, jadi jangan terlalu cepat cari jendela, cobain dulu, bisa dibuka atau enggak, kalau masih bisa, pikir dulu, bener kamu mau masuk ke dalamnya? Kalau mau, silakan masuk, dan hadapi segala konsekuensinya, toh kamu bisa lari keluar juga kalau ternyata di dalam adalah rumah hantu..hiiiy... Kalau kamu males masuk, ya main-main aja dulu di luar, ke mal, misalnya...  Kalau itu pintu rumah orang, berarti kamu udah disuruh pulang, maka pulanglah. Kalau itu pintu rumah saya, kamu selalu welcome asal bawa kue atau makanan enak (sate padang, lidah saos mayones, babi kecap, always welcome).

Sekian.

Saturday, March 12, 2016

Ini Alasan Mengapa Walaupun Saya Kristen, Tapi Tidak Serta-Merta Pilih Ahok!

Saya kristen, dan pada pilkada 2012 yang lalu, pada putaran pertama, saya keukeuh memilih Faisal Basri dan wakilnya (lupa siapa), padahal saat itu pasangan lain yang menjadi unggulan adalah JokoHok.

Mengapa saya memilih Faisal Basri, karena saya percaya ia bersih, dan yang paling melegakan adalah dia berani maju lewat jalur independen.
Sayangnya, Faisal Basri tersingkir dan tidak masuk putaran kedua. Saya dan kawan-kawan di goa betmen sempat galau, sebab enggan memilih Foke, tapi sangat ragu dengan Jokohok justru karena Ahok berasal dari Gerindra. Saya gemetar memikirkan mereka berhasil menguasai Jakarta sebagai batu lompatan Oom Wowo untuk jadi RI1. Jakarta terasa gelap gulita, ngalah-ngalahin 3 menit GMT di katulistiwa.

Tapi, seperti halnya GMT cepat berlalu, demikian pula au ah gelap saya saat itu segera ditepis karena membaca status-status dari seorang teman FB yang keukeuh mendukung Jokohok pada saat itu. Ia rajin membagikan link-link informasi yang akhirnya saya baca-baca juga dan daripada memilih Foke, saya merasa suara saya jauh lebih berguna untuk memilih Jokohok, gimana Prabowo nanti serahkan saja sama Tuhan (iya, saya emang serius, wkwkwk). Akhirnya, pada hari H-nya dengan sedikit saja keraguan, saya memilih tidak golput dan memberikan suara untuk Jokohok. Mereka menjadi pemenangnya. Singkat cerita, Tuhan mendengar doa saya, Oom Wowo ternyata ditelikung oleh Megawati dan Jokowi yang justru menjadikan posisinya sebagai DKI1 sebagai batu lompatan untuk melawan Oom Wowo memperebutkan RI1.

Saat itu saya berpikir, kemungkinan besar Ahok akan mendukung Oom Wowo, ternyata saya salah lagi. Hahaha...senangnyaaaa... Saya senang sekali saya selalu salah kira tentang Jokowi dan Ahok, pada saat itu. Saya pikir mereka berdua sama seperti kerupuk-kerupuk melempem lainnya, ternyata mereka bukan kerupuk, mereka itu justru si angin perubahan yang ketika bertiup nggak ada yang bisa menghentikannya.

Saya merasa Tuhan sedang bilang, jangan bersandar pada pengertianmu sendiri! Sebab pengertian saya memang cuma sedikit (banget), tahu apa saya tentang masa depan dan siapa-siapa saja yang mau dipakai pemilik semesta untuk mendatangkan kebaikan dan damai sejahtera bagi orang-orang yang dikasihiNya? Akhirnya saya menyadari bahwa Jokowi dan Ahok adalah jawaban dari doa-doa itu. Mereka berdua sama-sama tidak punya kekuatan yang selazimnya menjadi modal para pemimpin. Latar belakang naiknya mereka ke permukaan sungguh-sungguh tidak masuk akal! Tapi apa yang rasanya tidak mungkin menurut standar manusia, bukan penghalang bagi sang takdir. Jokowi naik menjadi RI1 dan Ahok, cina kristen yang blak-blakan itu naik menjadi DKI1.

Tentu saja FPI gempar dan gusar, apalagi yang lebih menakutkan bagi preman berjubah selain tuan gubernur non-muslim, cina pula? Tentu saja mereka harus berusaha menjatuhkan, menggertak,mengancam, menakut-nakuti dan akhirnya dipreteli oleh sang gubernur. Ada kekuatan doa yang pastinya besar sekali menopang pak Ahok ini sehingga ia dimampukan untuk melaksanakan tugas yang dipikulnya.

Seiring dengan perubahan-perubahan yang terus dikerjakan oleh RI1, demikian pula irama kerja si DKI1. Ahok melakukan pembenahan-pembenahan yang brutal terhadap DKI, baik dari sisi birokrasi maupun pembangunan infrastruktur. Zero tolerance terhadap penyimpangan-penyimpangan dan oknum-oknum korup. Dia seperti traktor yang trengginas, menggilas dan meratakan apa yang menghalangi lahirnya pemerintahan dki yang bersih dan transparan. Dia memecat, dia menggusur, dia menghardik, dia membentak, dia melawan. Righteous anger, itu yang membuatnya kokoh, ada api yang menyala-nyala di dadanya dan tidak dapat dipadamkan. Nothing to lose, sebab mati adalah keuntungan, katanya, mengutip pernyataan Rasul Paulus. Tetapi, bukan kemampuannya mengutip ayat-ayat kitab suci itu yang kemudian membuat saya bersikukuh untuk memilihnya, bahkan saat video-video 'mulut comberan'-nya beredar luas, tidak membuat nilai kerjanya menjadi berkurang di mata saya.

Ya, nilai kerja. Nilai kerjanya itu yang sungguh-sungguh nyata, dapat dilihat dan dirasakan. Jalan-jalan yang lebih rapih. Kantor kelurahan yang lebih sigap melayani masyarakat, dan nuansa optimis yang berdetak di jantung Jakarta. Transportasi umum dibenahi, pasukan preman intoleran yang selama bertahun-tahun sang jendral berkuasa malah makin malang melintang di ibu kota kini bungkam, skandal-skandal keuangan dibongkar, dan pembangunan LRT dan MRT terus berjalan, tak ada proyek mangkrak. Stasiun-stasiun kereta menjadi kinclong. Taman-taman kota bermunculan dan diperindah. Banjir berkurang. Bangunan kumuh dibongkar dan penghuninya dipindahkan ke rusun yang lebih layak.

Gilaaaa..... Itu semua dilakukannya hanya dalam waktu 3 tahun! Sementara selama bertahun-tahun sebelumnya, entah apa yang sudah terjadi. Jadi, gilakah saya kalau saya tidak memilih Ahok? Jelas. Begitu dimudahkannya saya dan seluruh warga Jakarta untuk memilih apa yang baik bagi kami dan kota kami. Apakah saya ngotot memilih Ahok karena ia seiman dengan saya? Wkwkwk....tuduhan sinting. Jelas tidak. Ngapain juga memilih Ahok hanya karena dia seiman dengan saya, kurang kerjaan, mendingan saya mencalonkan adik saya aja jadi gubernur lewat jalur independen kalau mau begitu, sudah seiman, sodara pulak. Lha ini, sodara bukan, kenal juga enggak, tapi hasil kerjanya saya rasakan. Maka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan non SARA itu, saya tetap berani menyatakan Ahok is the best.

Apakah dengan begitu tidak ada calon lain yang berhak maju? Gila apa lu? Ya silakan aja siapa juga yang mau maju ya majulah. Tapi kalau maju sambil membully Ahok, siap-siap saja dibully dan pastinya tidak dipilih oleh mereka yang seperti saya. Itu aja sih...



Mari Kita Coba Lagi

Hidup ini penuh dengan kesempatan, demikian kata orang-orang optimis. Dan, gue termasuk salah satu dari sekian banyak orang yang menyebalkan untuk didengerin sama mereka yang suka teriak-teriak 'kiamat sudah dekat, kalau elo nggak bersama gue, lo gue kirim sekarang juga ke neraka'--kayak udah iye aja gitu, dia yang nentuin kapling-kapling di surga atau neraka. Yes, I believe in second, third--even thousands of, chances. Selama elo nggak mabok dan kepayahan sendiri ngulang lagi ngulang lagi, usaha lagi, lagi, lagi dan lagi, mah, siapa juga yang bisa menghentikan lo? Contoh paling afdol itu Leonardo deCaprio, yang setelah bertahun-tahun dibully habis-habisan karena enggak juga menang-menang Oscar, akhirnyaaa, jreng! di tahun Monyet yang terberkati ini dia bisa bilang sama para pencemoohnya, "Woiy, nyet! Gue dapat oscar juga akhirnya!" Lo kira monyet-monyet pencemooh itu kalau disuruh mengalami nasib yang sama dengan bang Leo bakal kuat menghadapi bullyan bertahun-tahun? Mungkin enggak, mungkin mereka dengan lebay sudah berdoa minta diubah jadi kelinci atau tikus daripada jadi monyet terus-terusan. Memang cuma monyet yang tabah yang bakal jadi raja monyet dan berhak memanjat menara paling tinggi lalu menepuk dada saat berubah menjadi King Kong.


Eniweis, tujuan saya menulis entri ini, bukan untuk ngelantur seperti kumpulan-kumpulan kalimat di atas, iyes, ini adalah bagian dimana saya melakukan disclaimer tak bertanggungjawab atas tulisan ngelantur yang bakal bikin kepala kalian para pembaca menjadi berkunang-kunang, mata mampet dan hidung pusing. Tapi nekad baca terus sampai habis, war biasah ya, itu perjuangan hempas datang lagi hempas datang lagi berlaku banget buat orang-orang ndablek macam kita-kita, wahahaha... See.. auooo..ngelantur banget kemana-mana. 

Oke, ini sirius. Kenapa coba saya kasih judul entri ini sebagai: Mari kita coba lagi? Iya, kenapa kok saya malah balik nanya sama kalian wahai pemirsaaah?!? 

*Benerin kacamata plus-plus* 

Jadi begini--sekarang beneran serius, selama sekian tahun ngeblog, saya udah ganti tujuan entah berapa ratus ribu kali, muahahaa, tante-tante labil. Dari mulai blog diary, blog puisi, blog resensi buku, blog teknik menulis, trus akhirnya enggak ngeblog-ngeblog saking kepingin monetize blog tapi, oh Tuhaaan, betapa pemalasnya akuuuh *remas-remas konde*, akhirnya saya menyerah.... Setelah melakukan soul searching selama beberapa tahun (wuakakakaaaa) akhirnya saya nyadar bahwa sebagai peternakan blog yang berpola pikir random, saya harus terima bahwa saya ini masuk kategori nyinyiers, yang memang takdirnya harus punya blog pribadi yang ga bisa dipake untuk ngisi atm, tapi bisa dipake untuk mensyiarkan isi kepala saya, buat ngoceh-ngoceh tentang apa saja yang seorang tante-tante 40-an tahun menuju 50-an tahun bisa ocehkan dan kelak akan jadi jejak-jejak saya di dunia maya. Ihiks... sumpeh gue malah jadi jiper abis nulis soal jejak-jejak itu, too serious gitu kesannya. Tapi, asudahlah, ada pepatah yang bilang elo bakalan lebih nyesel karena nggak melakukan sesuatu hal daripada melakukannya.

So, apa hubungannya dengan mari mulai lagiiih??? Iya, ini udah mau masuk ke poin yang itu. Hubungannya adalah, blog ini dimulai lagi dari titik nol, hehehe, dari sejak postingan ini, blog ini saya anggap lahir baru, menunaikan takdir awalnya, menjadi semacam diary online. Tempat saya menuliskan segala apa yang terlintas di kepala, atau segala gosip-gosip kekinian versi saya. Biar saya jadi bagian dari mereka-mereka yang menulis ya untuk menulis di blog, memuaskan hasrat, masturbasi opini, apalah-apalah kata dunia, tak mengapa, daripada mampet dan cuma jadi ingus?

So here we go again, the journey begins...