Karena masa depan itu sungguh nyata ...dan harapanmu tidak akan hilang!
Showing posts with label Renungan Pribadi. Show all posts
Showing posts with label Renungan Pribadi. Show all posts

Sunday, March 27, 2016

Paskah: Memperingati Kematian & Merayakan Kebangkitan

Beberapa minggu yang lalu, seorang pendeta sebuah gereja di Semarang mendadak meninggal karena sakit jantung. Pendeta yang sangat dikasihi umatnya ini, sempat didoakan agar bangkit kembali karena mereka yang ditinggalkan masih belum bisa melepaskannya.

Hari Sabtu menjelang Paskah ini, seorang teman kehilangan tantenya karena penyakit ginjal yang diderita. Seorang tante yang saya kenal, di gereja, juga harus kehilangan suaminya akibat penyakit ginjal juga. Dua kematian pada hari yang sama, di hari Sabtu di mana Kristus yang mati pada hari Jumat sore dan turun ke dalam kerajaan maut untuk membebaskan manusia dari kuasa maut, sedang bersiap-siap untuk bangkit pada keesokan harinya.

Tapi, berbeda dengan Kristus yang kemudian bangkit dari kematiannya pada hari minggu Paskah ini, pendeta yang sempat didoakan agar bangkit dari kematian maupun mereka yang meninggal pada hari Sabtu kemarin, tidak bisa dibangkitkan. Mereka bukan Yesus, mereka juga bukan Lazarus.

Kematian mereka bersifat permanen untuk jangka waktu yang tidak diketahui sampai Kristus datang kembali dan setiap manusia dibangkitkan dari kematian dagingnya untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya selama berada di dunia ini.

Semua orang tanpa terkecuali, akan mati. Semua juga akan dibangkitkan untuk menghadapi pengadilan Allah. Tapi, menurut iman Kristen, orang-orang yang memiliki iman kepada Kristus, yang mengamini bahwa Kristus adalah Sang Juruselamat, sudah pasti diselamatkan oleh iman tersebut, saat mengalami pengadilan Allah. Dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan yang diperbuat, secara mutlak sudah ditebus.

Keyakinan tersebut karena iman Kristen percaya bahwa karya penyelamatan untuk umat manusia sudah dilakukan dan dituntaskan secara sempurna melalui pengorbanan Kristus di kayu salib. Itu sebabnya, Rasul Paulus berani berkata ia hidup untuk Kristus dan mati merupakan keuntungan. Sejak 'mengenal' Kristus di jalan menuju Damsyik dalam misinya mengejar dan membunuh pengikut Kristus, Paulus mengalami transformasi total, dari kontra-Yesus menjadi pro-Yesus. Sejak saat itu, ia hidup untuk dan di dalam Kristus, sehingga setelah mati pun, ia tetap hidup di dalam Kristus. Paulus mengimani bahwa jaminan tersebut berlaku kekal.

Berdasarkan pernyataan Paulus itu, maka dapat disimpulkan bahwa mereka yang hidup di dalam Kristus hitungannya adalah beruntung. Bahkan ketika kematian menjemput dan sengat maut memotong takdir kehidupan di dunia ini, kita tetap hidup di dalam Kristus, dan hanya itu yang kita perlukan.

Kematian adalah perpisahan yang memilukan. Kita tidak tahu kapan bisa bertemu kembali. Setiap orang dalam situasi mental yang normal dan sehat pastinya tidak punya keberanian juga untuk cepat-cepat menyusul sebesar apapun duka yang dirasakan. Duka itu sifatnya juga hanya sementara, insting untuk tetap hidup yang merupakan anugerah Tuhan selalu dan sudah seharusnya lebih kuat daripada keinginan untuk mati.

Duka itu juga pernah meraung-raung di sepanjang Via Dolorosa. Duka itu juga bertahta di puncak-puncak Golgotha. Duka itu juga menancap dalam-dalam di hati para pengikut Kristus. Tetapi, pada hari yang ketiga ketika batu penutup kubur digulingkan dan kubur itu menganga kosong tanpa jasad Kristus, saat itu, sengat maut sudah dipatahkan, kuasanya yang menakutkan telah dihancurkan. Duka digantikan dengan sukacita. Sebab sejak saat itu, kuasa kasih dan pengampunan berlaku. Kebangkitan Kristus menjamin perdamaian Allah dengan manusia. Iman Kristen bertumpu pada kebenaran kebangkitan tersebut.

Tidak semua orang mau percaya, kita semua tahu itu. Tidak ada yang bisa dipaksa untuk percaya. Sebab iman tak bisa dipaksa-paksa, tak bisa dimanipulasi, tak bisa dipalsukan. Iman datang dari pengertian. Pengertian berasal dari Roh Kudus. Beruntunglah mereka yang bisa percaya.