The Blue Light atau Lentera Api Biru adalah versi Grimm Bersaudara dari sebuah cerita rakyat yang bisa dikatakan ditiru oleh Andersen dalam dongengnya Fyrtoejet atau The Tinderbox.
Pada abad ke-19 munculnya aliran Romantisme membangkitkan kembali ketertarikan pada cerita rakyat. Dua bersaudara Grimm, Jacob dan Wilhelm, yang adalah pakar bahasa, periset budaya dan penulis Jerman, mengkhususkan diri untuk mengkoleksi dan menerbitkan cerita rakyat Jerman. Antara tahun 1812 dan 1857, koleksi perdana mereka direvisi dan diterbit-ulang berkali-berkali, sehingga berkembang dari 86 cerita menjadi 200 cerita. Grimm bersaudara inilah yang mempopulerkan cerita-cerita seperti Cinderela, The Frog Prince, The Goose-Girl, Hansel and Gretel, Rapunzel, Sleeping Beauty dan Snow White.
The Blue Light adalah salah satu dari dongeng yang dikumpulkan oleh Grimm Bersaudara. Dongeng ini merupakan variasi dongeng Aladdin dari kisah Seribu Satu Malam atau The Arabian Nights. Koleksi dongeng-dongeng Arab dan Persia diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis pada tahun 1704-1717. Dongeng-dongeng itu menjadi sangat populer pada masa tersebut, meninggalkan jejak-jejaknya di alam bawah sadar masyarakat Eropa dan dalam berbagai karya sastra Eropa. Dalam artikel ini, saya mengklaim bahwa dongeng-dongeng Andersen yang khas Eropa dan sebagian kental pengaruh Kristen-nya bisa diterima di seluruh dunia, karena ada kebenaran-kebenaran universal di dalamnya. Demikian pula dongeng-dongeng dari Arab dan Persia yang kental pengaruh dan budaya Islam-nya dapat menembus Eropa dan menjadi sangat populer sehingga mempengaruhi budaya literasi dan alam bawah sadar masyarakatnya. Bayangkan, itulah kekuatan dari cerita.
Di blog Kampung Fiksi, pada setiap hari Jumat saya akan mulai menulis dan meresensi secara singkat dongeng-dongeng dari Eropa yang belakangan ini sedang saya pelajari. Ternyata ada sebuah model yang biasanya dipakai untuk menganalisa sebuah dongeng. Namanya the actantial model. Bentuknya seperti ini:
Selain model actantial ini, struktur cerita dongeng umumnya memiliki pola: Home - Away - New Home. Atau Rumah - Pergi dari rumah - Rumah baru.
Mari kita coba menganalisa The Blue Light dengan mempergunakan the actantial model. Kalau mau membaca dongengnya, yang sudah saya terjemahkan ke bahasa Indonesia, silakan baca di sini: Membaca dan Mereview Dongeng: The Blue Light. Di sini saya hanya akan menceritakan kembali secara singkat jalan cerita dongeng tersebut.
Ada seorang prajurit yang setia kepada rajanya tetapi karena luka-lukanya dalam peperangan ia tidak lagi berguna dan dibebastugaskan tanpa diberi uang pesangon. Prajurit ini lalu berjumpa dengan penyihir dan diberi tiga tugas sebelum akhirnya memperoleh si lampu biru dan bertemu dengan gnome. Gnome menolong prajurit membunuh penyihir dan membalas dendam kepada raja. Selama tiga malam prajurit memerintahkan gnome untuk menculik putri raja dan menjadikan putri raja sebagai pelayannya. Setelah tiga kali melakukan penculikan, prajurit tertangkap dan hendak dihukum mati. Sebelum dihukum mati prajurit berhasil memanggil gnome yang diperintahkannya untuk menghukum orang-orang yang hendak menghukumnya, termasuk raja. Raja yang ketakutan kemudian menyerahkan seluruh kerajaan beserta pasukannya kepada si prajurit dan memberikan putrinya menjadi istri prajurit.
Apakah dongeng The Blue Light dengan patuh mengikuti model actantial? Apabila dilihat secara sepintas lalu, dongeng ini memang memenuhi unsur-unsur yang ada di dalam model actantial. Mari kita bahas. Pada awal cerita kita langsung dipertemukan dengan si prajurit yang merupakan tokoh utama dan penerima. Prajurit berada di 'rumah' saat ia bersama-sama dengan raja. Tetapi sejak awal cerita dimulai, kita sudah diajak untuk menyaksikan bahwa si prajurit diusir keluar dari rumah tersebut. Dia bertemu dengan halangan pertamanya yaitu si penyihir yang memberinya tiga buah tugas. Tugas-tugas ini kemudian membawanya bertemu dengan penolongnya yaitu si gnome. Gnome membantu prajurit membunuh musuh pertamanya si penyihir. Kemudian, gnome mengerjakan tiga buah tugas untuk prajurit, yaitu selama tiga malam ia menculik putri raja. Ketika prajurit tertangkap dan dipenjarakan, prajurit bertemu dengan penolongnya yang kedua yaitu temannya yang dimintainya tolong untuk mengambilkan api biru. Dengan mempergunakan si gnome, prajurit kemudian berhasil dibebaskan dari hukuman dan raja menghadiahkan kerajaan, pasukan dan putri raja untuk prajurit. Hal ini menjadikan raja sebagai donor sejatinya dan prajurit mendapatkan rumah yang baru.
Kelihatan sangat simple bila mempergunakan the actantial model sebagai acuannya. Dan model itu memang hanya sebagai acuan untuk menganalisa cerita, sebab sebenarnya cerita ini tidaklah sesederhana seperti yang kelihatan.
Pada cerita ini jelas kelihatan si prajurit bukanlah tipe pahlawan ideal. Dia tidak gagah perkasa, sebab luka-luka yang dialaminya di waktu perang rupanya memang membuat tubuhnya lemah sehingga saat harus bekerja dia tak dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan sempurna. Dia juga bukan tipe kekasih yang romantis, caranya memperlakukan putri raja sungguh tegaan dan bengis. Pakai acara culik-menculik pula, sungguh pantas sebetulnya dia masuk penjara, kan? Jelas sekali prajurit ini adalah protagonis yang warnanya abu-abu.
Bagaimana dengan tokoh antagonisnya? Raja dan penyihir sama-sama merupakan tokoh-tokoh antagonis bagi si prajurit, tetapi keduanya juga sama-sama menjadi donor bagi prajurit. Penyihir menjadi donor saat membuat prajurit memperoleh api biru. Sedangkan raja menjadi donor terbesar dalam hidup prajurit karena memberikan istana, pasukan dan istri.
Memang di dalam model actantial tidak disebutkan adanya korban atau yang dikorbankan, hanya disebutkan adanya obyek, yaitu apa yang diperoleh oleh protagonis sebagai penerima. Putri raja masuk dalam kategori sebagai obyek yang diserahterimakan oleh raja untuk menyelamatkan hidupnya sendiri. Putri raja ini yang nampaknya telah menjadi korban dan dikorbankan. Gnome yang berasal dari api biru, selain sebagai penolong ia juga merupakan korban, karena ia menjadi alat yang dipakai oleh si prajurit untuk mencapai keinginan-keinginannya yang bertentangan dengan saran-saran baik dari gnome.
Search
Popular Posts
-
Sejak 11 Oktober 2016, saya menutup akun Facebook untuk sementara waktu, sampai Februari 2017, setelah pilkada serempak selesai dilaksanak...
-
Dalam entri Jomblo Juga Manusia! Ini Dia 9 Hal Yang Tidak Seharusnya Kamu Katakan Kepada Seorang Jomblo! , penulis Ria Tumimomor a.k.a Ria ...
-
Saya kristen, dan pada pilkada 2012 yang lalu, pada putaran pertama, saya keukeuh memilih Faisal Basri dan wakilnya (lupa siapa), padahal sa...
-
Before I Go karangan Colleen Oakley, bercerita tentang bagaimana Daisy, seorang penderita kanker stadium lanjut menghabiskan sisa hidupnya...
-
Pikoro adalah satu-satunya anjing pribadi yang pernah saya pelihara. Pikoro adalah anak satu-satunya dari induk Gargamel seekor anjing spa...
-
Been away from blogging for so long and missing some of my old blogger friends. I used to read their posts, their life. Feeling like I kno...
-
Tiga belas Juni. Sudah betul2 pertengahan tahun. Masa-masa pilpres sudah berlalu, tapi gaungnya masih keras terasa lewat perbincangan di med...
-
Aih berat sangat ya kalau sudah mulai ngomongin soal hati, wkwkw, kalo sambel goreng ati rempela mah enak. *Iya, gue nyadar, becandaan gu...
-
Dalam TED-talk berjudul The Tales of Passion , salah satu pengarang novel favorit saya, Isabel Allende yang menjadi pembicaranya, membuka pe...
-
Sampah tetangga. Udh lama ga ngomel akhirnya harus ngomel juga deh 😑 Sejak awal tahun, tetangga sebelah mulai naruh tempat sampah mereka di...
0 comments:
Post a Comment
Dear Readers, di blog ini, semua komentar yang masuk dimoderasi dulu. Jadi, jangan kaget kalau komentarmu 'menghilang', nggak langsung nongol, sebab musti saya baca dulu, renungkan dulu (cieeeh), baru deh boleh nongol di blog. Terima kasih sudah menyempatkan untuk berkomentar. :)