Tuesday, May 26, 2020

Renungan Tentang Harapan, Cuplikan Naskah Prosa Evaluna (Yang Belum Juga Selesai)

Bagiku, hidup merupakan rangkaian dari peristiwa-peristiwa yang belum tuntas. Masih ada kemungkinan keadaan menjadi lebih baik. Sejarah peradaban manusia sendiri telah membuktikan, situasi seburuk apapun, selalu dapat menjadi lebih baik. Bukti lainnya? Kita semua masih di sini. Hingga hari ini. Entah besok. Entah lusa.

Bila menengok ke belakang, mustahil itu terjadi tanpa adanya pengharapan atau kemauan baik, mengingat betapa kejamnya sekelompok manusia memperlakukan manusia lain, dan tak henti-hentinya peperangan terjadi sepanjang sejarah kehidupan kita, umat yang berjalan tegak di atas kedua kakinya ini. Bahkan, awal peradaban anak cucu Adam dan Hawa, dibuka dengan tragedi, pembunuhan seorang kakak terhadap adiknya, karena insting paling purba, kecemburuan dan iri hati.

Ah, kita cenderung memulai sesuatu dengan buruk. Tetapi entah bagaimana, Kuasa Yang Lebih Tinggi rupanya telah memutuskan kita tak perlu punah serupa nasib para dinosaurus. Dia, sepertinya, melihat  (ada potensi) kita, para pembunuh, pendendam, pembohong, pengingkarjanji ini, dapat menjadi lebih baik. Dan lihatlah hasilnya sekarang. Kita memang dapat menjadi lebih baik. Kita memang membangun peradaban modern yang menakjubkan, meskipun atribut-atribut buruk itu, tak juga kita temukan obat penawarnya. Mereka tetap melekat, mendompleng, bahkan seringkali menjadi ketapel yang melontarkan kita ke kemajuan selanjutnya.

Hitam dan putih, gelap dan terang, memang tak dapat menjadi satu. Tetapi dalam kehidupan di dunia ini, mereka ternyata harus tetap berdampingan. Lalu, sebuah peristiwa, sebuah skenario memaksa kita untuk memilih posisi. Berdiri pada sisi sebelah mana, dan bertahan berapa lama. Di situ, ujian, baru dimulai.

Karena itu aku percaya pada harapan (tentang masa depan yang lebih baik). Aku percaya bahwa selama masih ada orang-orang yang menggenggam harapan di masa-masa paling gelap sekalipun, di masa-masa paling pancaroba, di masa-masa paling getir, di masa-masa titik paling rendah kemanusiaan, akan selalu ada masa depan. Harapan dan masa depan berada dalam satu rentengan kunci untuk membuka pintu-pintu yang masih tertutup. Kebanyakan orang bertahan hidup lebih karena pengharapan adanya masa depan. Aku, juga begitu. 

****

Hihi...tulisan lama, di #ProsaEvaluna, bab #LadyLuck, kisah yang tidak juga ketemu cara untuk menyelesaikannya. Bijimana sih, G?

Entah kapan cerita ini akan selesai dan apakah saya masih berniat menyelesaikannya? Saya belum tahu. Selama masih ada nafas, apa saja mungkin terjadi. Ya kan? 

2 comments:

  1. Idealnya sih hanya akan selesai kalau dilanjutkan selagi ada napas, hahaha 🤣🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha... gw sedang buka2 lagi nih si PE jadinya 😝

      Delete

Dear Readers, di blog ini, semua komentar yang masuk dimoderasi dulu. Jadi, jangan kaget kalau komentarmu 'menghilang', nggak langsung nongol, sebab musti saya baca dulu, renungkan dulu (cieeeh), baru deh boleh nongol di blog. Terima kasih sudah menyempatkan untuk berkomentar. :)