Karena masa depan itu sungguh nyata ...dan harapanmu tidak akan hilang!

Tuesday, November 15, 2016

Firefly Lane & Fly Away, Catatan Tentang Sequel Yang Tak Habis Saya Baca, Karena?

Firefly Lane (***spoiler alert***)

Kathleen Scarlet Mularkey, Kate atau Katie, dan Tallulah Rose Hart, disingkat Tully, menjalin persahabatan sejak kelas 8 (kelas dua SMP) hingga mereka dewasa. Persahabatan ini diceritakan secara apik di novel Firefly Lane. Tully yang egois, mau menang sendiri, selalu fokus mengejar cita-citanya dan mengalami sukses besar dalam karirnya, menjalani persahabatan dengan Kate yang selalu bertindak sebagai pendampingnya, Kate yang lebih lembut, lebih bijaksana dan menginginkan kehidupan tenang. Ketika Kate bertemu dengan John Ryan, yang kelak akan menjadi suaminya, John terpesona dengan Tully dan Kate harus menunggu beberapa tahun sebelum akhirnya mengakui perasaannya kepada John.

Kate dan Tully sama-sama memiliki keraguan dalam soal cinta. Tully, karena selalu diterlantarkan oleh ibu kandungnya, merasa susah untuk percaya seseorang mencintainya dan tidak akan pernah secara sengaja meninggalkannya. Sementara Kate, yang dibesarkan dalam keluarga yang hangat dan penuh kasih sayang, selalu percaya bahwa cinta sejati itu ada, tetapi rasa tidak percaya diri membuatnya selalu meragukan cinta John kepadanya.

Persahabatan Kate dan Tully dapat bertahan karena Kate selalu mengalah dan mentolerir segala tingkah-polah Tully. Hubungan persahabatan antara Kate dan Tully, lebih mirip hubungan antara seorang kakak yang memanjakan adiknya yang selalu bertingkah, meskipun bagi orang lain sudah melewati batas, tetapi kakak yang baik selalu memaafkan dan menerima kembali.

Titik paling rendah dalam persahabatan mereka adalah saat Tully dan Marah, anak sulung Kate, bersekongkol untuk menampilkan Kate dan Marah dalam acara tv milik Tully (yang kini sudah seterkenal Oprah) dengan topik the over protective mothers and the teenage daughters who hate them. Apa yang dilakukan Tully kali ini sudah melampaui batas. Akibatnya, persahabatan itu putus. Selama dua tahun, keduanya tidak saling berbicara. Tully tidak mau meminta maaf, Kate tidak mau lebih dahulu memaafkan seperti yang biasanya dia lakukan. 

Lalu, Kate terkena inflamatory breast cancer, dan dia menghubungi Tully karena dia ingin ditemani sahabat terdekatnya dalam menghadapi saat-saat akhir. Demikianlah, Tully dan Kate dipersatukan kembali. Kate tentu saja meninggal dan menitipkan keluarganya kepada Tully.

Apa yang selanjutnya terjadi, ada di novel lanjutannya.


Fly Away

Saya tidak bisa membaca novel ini sampai habis.

Novel ini menyebalkan sangat.

Semua tokoh-tokohnya muram dan terus-terusan berputar-putar memikirkan Kate yang sudah mati, seakan-akan mereka nggak punya kerjaan lain. Saya justru jadi kesal kepada Kate yang sudah meninggal itu, dan sekarang jadi semacam hantu di novel kedua ini, hantu yang tak rela meninggalkan cerita yang seharusnya sudah bukan lagi tentang dia. Kepingin teriak, go away, let others move on.

Saya juga tidak merasa bersimpati kepada Johnny, duda yang hanya bisa marah dan bersedih karena kehilangan Kate-nya yang tercinta. Oh, puuullleeeaaazeeeeh.

Tidak juga kepada Tully, yang menjadi pemabuk dan minta dikasihani terus-menerus, dan memimpikan Kate terus-menerus. Just die and be done with it Tully.

Apalagi kepada Marah, anak sulung Kate, yang egois, pemarah, manja, selalu minta perhatian, dan songong. Saya jadi berharap mereka semua mati saja bersama-sama dengan Kate yang mereka rindukan itu.

So, I stop reading, sebab saya bahkan tidak peduli bagaimana akhir cerita untuk masing-masing tokoh. Bagi saya, mereka sudah mati bersama kematian Kate.

Monday, November 14, 2016

Gods of Egypt: Film Jelek Yang Bagus dan Mengasyikkan

Kalau disuruh kasih bintang berapa untuk film ini, saya bakal kasih bintang lima dari lima, bintang sepuluh dari sepuluh, bahkan saya bakal tambahin bulan sekalian di antara bintang-bintang itu. Haha.



Mengapa? Sebab, disamping karena saya termasuk buta-tuli tentang sejarah dan mitologi Mesir kuno selain yang pernah saya baca tentang Cleopatra, atau nonton sekilas-sekilas di Discovery Channel atau nyaris hafal luar kepala tentang gimana hubungan Mesir dan Israel kuno melalui Alkitab, saya juga nggak berharap disuguhi film sejarah serius (serahkan itu kepada History Channel saja deh) ketika memilih untuk menonton Gods of Egypt ini. Saya bahkan nggak punya ekspektasi apa-apa. Mungkin karena itu, maka film ini dengan gampangnya melebihi ekspektasi saya dan membuat saya merasa sangat terhibur. Terpuaskan.






Sebelum era para firaun, Mesir diperintah langsung oleh dewa-dewi. Ra, dewa matahari, menciptakan mesir, semacam taman firdaus dimana dewa-dewi tinggal dan memerintah manusia. Dewa-dewi ini jauh lebih tinggi dari kebanyakan manusia (mungkin sekitar tiga meter tingginya), darah mereka dari emas dan mereka memiliki umur yang sangat panjang, tetapi bukan mahluk abadi.

Ra membagi Mesir menjadi dua bagian, Mesir yang tanahnya subur diberikan kepada anak sulungnya, Osiris, sedangkan padang pasirnya diberikan kepada Seth, anak bungsunya. Cerita ini dimulai ketika terjadi perpindahan kekuasaan.

Osiris memiliki seorang anak, Horus, pewaris tahtanya. Horus mempunyai seorang kekasih, Hator, dewi cinta. Lalu, ada seorang manusia biasa bernama Bek dan kekasihnya, Zaiya. Bek memiliki keahlian yang diperlukan untuk bertahan hidup, yaitu mencuri dan mencopet. Untuk mencuri diperlukan kecerdikan. Untuk sukses dalam mencopet diperlukan kecepatan dan kegesitan. Setelah narasi tentang mesir pada pembukaan film ini, kita diajak melihat bagaimana Bek mencuri sebuah gaun mewah yang kemudian dihadiahkannya kepada Zaiya. Gaun tersebut dikenakan Zaiya ketika menghadiri perayaan pelantikan Horus menggantikan Osiris.

Bek, yang menjadi narator cerita ini, lalu membawa kita menyaksikan pelantikan Horus. Di sini, titik balik cerita, ketika Seth tiba-tiba muncul dan merebut tahta. Seth membunuh Osiris. Seth, nyaris membunuh Horus, jika tidak dicegah oleh Hator yang menawarkan diri menjadi pendamping Seth. Seth melepaskan Horus, tetapi mencabut kedua mata Horus, yang  ketika dicabut berubah menjadi...berlian. Emejing memang. Makanya, jangan terlalu serius nontonnya ya boys and gals.

Sejak Seth memerintah Mesir keadaan tidak lagi sama dengan ketika Osiris yang bijaksana dan baik hati memerintah. Seth, diktator sejati, menjadikan manusia sebagai budak-budaknya untuk membangun menara yang tinggi. Menara ini dibangun khusus untuk mendapatkan perhatian Ra. Seth merasa harus membuat Ra bangga pada pencapaiannya. Setiap dewa-dewi yang memberontak, pasti diburu dan dibunuh oleh Seth. Horus sendiri dikucilkan di dalam kuilnya, buta dan putus harapan.

Sementara itu, kekasih Bek, Zaiya, menjadi budak kepala arsitek istana, yang diklaim sebagai manusia paling cerdas di seantero Mesir. Bek sering menyelinap ke istana kepala arsitek untuk bertemu dengan Zaiya. Zaiya membujuk Bek, yang tidak percaya kepada dewa-dewi, untuk menolong Horus kembali menjadi raja dengan cara mencuri kembali mata Horus dari tangan Seth. Sayangnya, meskipun Bek berhasil menaklukkan jebakan-jebakan berbahaya, dan mendapatkan kembali sebelah mata Horus, usaha mereka ketahuan oleh kepala arsitek, dan dalam proses mencoba melarikan diri, Zaiya terbunuh.

Kematian Zaiya ini menjadi titik balik film ini. Ini point of no return bagi Bek. Penjajahan dan perbudakan yang ditimpakan oleh rezim Seth masih dapat diterimanya, tetapi kematian Zaiya tak dapat diterima oleh Bek, terutama karena Zaiya tidak memiliki harta untuk ditawarkannya kepada Hades. Zaiya sudah pasti masuk neraka. Hukum ini ditetapkan oleh Seth ketika mengangkat diri menjadi raja, yaitu siapa yang tidak bisa mempersembahkan emas atau barang berharga tidak akan mendapat kehidupan abadi di nirwana. Satu-satunya cara menyelamatkan Zaiya dari siksaan abadi adalah dengan menyingkirkan Seth dari tahta dan hanya Horus yang dapat melakukan hal itu.

Di sinilah petualangan Bek dan Horus yang kemudian didampingi oleh Hator dan Zoth, dewa kebijaksanaan, dimulai. Untuk membunuh Seth, mereka harus memadamkan api padang gurun dengan air penciptaan yang mengalir di atas kapal perang Ra.

Kapal perang Ra? Yap, Ra melayang-layang di atas ciptaannya dalam sebuah kapal karena dia harus menjaga ciptaannya dari kegelapan yang selalu ingin menghancurkan dunia. Setiap malam, Ra harus berperang melawan kegelapan dan mengusirnya.

Apa yang menarik adalah dialog antara Ra dan Seth ketika Seth datang menemui Ra dan bertanya, mengapa Ra memberikan semua hal yang terbaik kepada Osiris dan memberikan bagian yang berat dan buruk kepadanya. Jawaban Ra, hidup ini adalah sebuah ujian. Osiris lulus ujian ketika dia tidak mempertahankan tahtanya mati-matian tetapi bersedia menyerahkan tahta kepada Horus saat waktunya tiba. Sementara ujian bagi Seth adalah padang pasir, sebab dia dipersiapkan untuk menggantikan Ra, menjaga dunia dari serangan kegelapan. Seth tidak menginginkan takdir seperti itu, yang diinginkan Seth adalah menjadi abadi dan memerintah Mesir, surga dunia, untuk selama-lamanya.

Sementara Horus, keinginannya adalah melakukan balas dendam untuk ayah dan ibunya yang telah dibunuh oleh Seth. Tetapi kekuatan Horus yang sesungguhnya, menurut Ra, bukan dalam usaha merebut kembali tahta dan membunuh Seth, tetapi dalam tujuan yang lebih besar dan tidak egois, yaitu, menyelamatkan dan melindungi rakyatnya. Karena sejatinya, itulah tugas seorang pemimpin.

Sementara Bek, manusia paling cerdas di seantero mesir, satu-satunya hal yang membuatnya nekad melakukan perjuangan adalah.... perjuangan cinta (persis seperti Sailormoon!), dia berjuang untuk orang yang paling dicintainya, Zaiya. Kekuatan cintanya kepada Zaiya yang mendorongnya untuk nekad berhadapan dengan dewa-dewi dan membuatnya menjadi faktor penting dalam perjuangan melawan kejahatan Seth.

Selain segala macam makna yang ada di film ini, aksi-aksi peperangan di udara, dewa yang dapat berubah wujud, dan baju-baju eksotis yang dikenakan oleh para artis, juga merupakan daya tarik tersendiri. So...just enjoy the ride! Santai aja...

Saturday, November 12, 2016

Before I Go: Ketika Kematian Tidak Dapat Dihindari, Apa Yang Harus Dilakukan?

Before I Go karangan Colleen Oakley, bercerita tentang bagaimana Daisy, seorang penderita kanker stadium lanjut menghabiskan sisa hidupnya dan bagaimana orang-orang terdekatnya menghadapi situasi ini.

Apa yang membuat Daisy menjadi istimewa untuk diceritakan?

Apa yang akan kamu lakukan ketika kamu tahu hidupmu hanya tinggal beberapa bulan lagi? Bukan itu saja, selain hidupmu hanya tinggal hitungan hari, kamu juga harus menerima kenyataan bahwa kamu istimewa sebab kamu memiliki kanker di hampir semua bagian tubuhmu, di paru-paru, ginjal, usus besar, tulang dan otak. Bagaimana perasaanmu saat harus menerima semua itu sebagai sebuah kenyataan yang tidak bisa dihindari? Hal ini yang dialami oleh Daisy, tokoh utama novel Before I Go, salah satu novel dari 100 novel pilihan yang saya jadwalkan sebagai bacaan saya sejak akhir 2016 sampai sepanjang 2017 nanti.

Berhari-hari sepanjang dan setelah membaca novel ini (6-11 November 2016), saya bertanya-tanya, apa yang membuat Daisy begitu istimewa sehingga kisah hidupnya perlu diceritakan oleh Colleen Oakley? Saat chatting dengan Indah, dia mengatakan, ketika orang lain tahu seseorang adalah penderita kanker, seringkali yang melekat di benak orang-orang adalah kanker-nya dan itu saja yang lantas menjadi identifikasi utama tentang si penderita kanker, yaitu, dia penderita kanker, label itu melekat dan tak bisa lepas.

Saya kemudian berpikir, 'label' yang melekat itulah yang membuat Daisy menjadi istimewa dan perlu untuk diceritakan. Tanpa memilik kanker, tak ada hal yang jadi menarik untuk diceritakan dalam kehidupan Daisy. Dia hanya seorang wanita muda, berusia 27 tahun, baru dua tahun menikah dengan seorang suami yang mencintai dan dicintainya, sedang mengambil program master psikologi dan bercita-cita membuka praktek terapi psikologi. Singkatnya, hidupnya sama sekali tidak menonjol, datar, biasa-biasa saja dan bahagia. Mungkin, kehidupan Kayleigh, sahabatnya, jauh lebih menarik untuk dibahas daripada kehidupan Daisy yang aman dan tenteram, sampai dia diberitahu bahwa kanker, yang tadinya hanya di payudara-nya saja dan sudah diangkat, kembali menggila setelah 4 tahun dinyatakan bersih. Kanker, bukan hanya kembali ke tempat yang sama tetapi sudah menjelajah seluruh bagian tubuhnya, dan dia hanya punya waktu, 4-12 bulan untuk hidup. Pertanyaannya menjadi, apa yang akan dilakukan Daisy selama sisa waktu hidupnya?

Apa yang akan tak bisa dimilikinya? Dia tak akan bisa memenuhi cita-citanya untuk menjadi terapis. Dia tak akan bisa memiliki anak. Dia tak akan bisa mendampingi suaminya untuk waktu yang akan datang. Dia tidak bisa memperbaiki jendela-jendela dapur rumahnya. Dia tak bisa merenovasi rumahnya. Dan semua itu rasanya tidak adil sama sekali, sebab dia sudah melakukan semua hal yang seharusnya dilakukannya untuk menghindari kanker kembali dalam kehidupannya.

Daisy sudah melakukan segala-galanya dengan benar. Hidup sehat, dan rajin beryoga. Memakan hanya sayur dan buah-buahan organik. Tak pernah absen untuk cek kesehatan setiap enam bulan sekali. Tapi kanker tetap tumbuh dan menyebar di seluruh jaringan tubuhnya. Tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya. Hanya ada obat yang sedang dalam tahap uji coba, untuk memperpanjang hidupnya, dan operasi otak untuk mengangkat kanker sebesar jeruk orange dari dalam tengkoraknya hanya agar ia masih dapat menikmati kualitas hidup senormal yang masih bisa dinikmatinya. Dia hanya punya sedikit waktu dan begitu banyak kanker.

Semua ini, membuat Daisy menjadi istimewa! Ya, semua terminal illness itu adalah keistimewaan yang membuat it defines whoever has it. Sama seperti Superman yang istimewa karena kekuatan super yang membuatnya berbeda dengan orang-orang normal lainnya, sehingga yang dilihat orang-orang adalah kesuperannya, dan mereka gagal menghubungkan Clark Kent dengan Superman, demikian juga dengan kegagalan yang kerap menimpa orang-orang untuk melihat pribadi di balik penyakit yang dideritanya, karena dengan memiliki penyakit itu, ia menjadi istimewa, dia memiliki apa yang tak dimiliki oleh orang lain, dan dengan demikian ia juga memperoleh pengalaman yang tak bisa dirasakan oleh orang lain, bahkan orang paling dekatnya sekalipun.

Kekurangan maupun kelebihan sebetulnya adalah keistimewaan, it makes you stand out from the 'normal' crowd. Dan ini yang dipakai oleh Colleen Oakley untuk membuat Daisy menjadi tokoh utamanya. Dia memberikan hadiah istimewa, kanker yang sudah menyebar di seluruh jaringan tubuhnya. No way out. Bagaimana reaksi Daisy menghadapi kenyataan ini yang kemudian menjadikan cerita ini menarik untuk dituliskan. Apa yang membuatnya kemudian menjadi bestseller? Bagi saya, buku ini memberikan banyak masukan seperti yang saya tuliskan di bawah ini.

Apa saja pelajaran yang saya peroleh dari mengikuti kehidupan Daisy?

The moral of the story? Ya, setiap cerita yang bagus pasti mengandung pesan moral, itu sudah pasti. Mana ada manusia yang dapat menjalani kehidupan berkualitas di dunia ini bila ia tak memiliki kompas moral? Begitu pun cerita yang bagus dan berkesan, juga mengandung makna dan pelajaran yang dapat dipetik dari dalamnya. Pastinya, akan berbeda apa yang saya peroleh dan apa yang diperoleh oleh pembaca yang lain karena latar belakang maupun tujuan membaca menentukan juga bagaimana seseorang menerjemahkan dan mencerna sebuah konteks.

Pelajaran yang saya peroleh dari kehidupan Daisy adalah:

1. Ketika kehidupan berbelok sangat tajam, dan hanya tersisa "kamu pasti mati dalam beberapa bulan saja" maka, ada hal-hal yang terasa penting ketika kita tidak tahu ujung kehidupan kita akan sepanjang atau sependek apa, menjadi sama sekali tidak relevan dan kehilangan daya tariknya.

Tadinya, Daisy dengan penuh semangat belajar untuk menjadi psychotherapist. Dia punya tujuan yang jelas dan dia sedang melakukan langkah-langkah penting untuk mencapai tujuan tersebut. Namun ketika waktu yang dimilikinya tidak lagi cukup untuk memenuhi tujuan tersebut, tujuan itu menjadi tidak memiliki makna lagi. Dia harus memikirkan tujuan baru yang ingin dicapainya sebelum dia pergi.

Karena sepanjang hidupnya, Daisy terbiasa mandiri dan merasa dia bertanggungjawab menjaga orang-orang yang dikasihinya, maka tujuan utamanya kini menjadi mencari orang yang tepat untuk menggantikannya menjaga Jack, suaminya, ketika dia sudah tidak ada lagi. Istri baru untuk suaminya.

2. Ketika berada dalam situasi yang sangat buruk, akan sulit untuk mengungkapkan atau menyadari apa yang sesungguhnya diperlukan. Dan kehidupan tidak seharusnya berjalan normal dalam sebuah situasi yang abnormal. Kita tidak perlu berpura-pura segala sesuatu akan baik-baik saja ketika segala sesuatu tidak baik-baik saja dan tidak akan menjadi baik-baik saja.

Daisy mendorong Jack untuk tetap melakukan pekerjaan dan study-nya agar Jack bisa diwisuda pada bulan Mei. Daisy melakukan hal ini karena dia ingin masih bisa menyaksikan wisuda suaminya, dan kalau segala sesuatu berjalan seakan-akan tidak ada yang berubah Daisy mengira dia akan merasa baik-baik saja juga, no drama. Agar dapat melakukan semua itu, Jack harus tetap menjalani hari-hari seperti sebelum mereka mengetahui waktu Daisy terbatas. Situasi ini, pada akhirnya, terasa menyakitkan baik bagi Daisy sendiri maupun bagi Jack.

3. Ada waktunya untuk melepaskan. Hidup ini memang tidak berada dalam kendali kita. Kita hanya dapat mengendalikan sebagian kecil saja dari hidup ini, yaitu apa yang diberikan kepada kita setiap hari, dan misteri kapan kita akan meninggalkan semua yang sifatnya sementara saja ini. Bagi mereka yang diberikan keistimewaan untuk mengetahui bahwa waktu hidupnya hanya tinggal beberapa saat lagi, kesadaran untuk mau melepaskan kendali atas segala sesuatu dan menikmati saja hari-hari yang tersisa bersama mereka yang menyayanginya, adalah sebuah pilihan yang lebih baik untuk dirinya dan orang-orang yang mengasihinya.

Daisy terbiasa mandiri, dia mengurus segala keperluan ke dokter dan berobat, sendirian. Dia menolak membiarkan Jack menemaninya, dia jengkel ketika ibunya datang untuk merawatnya, karena dia ingin terlihat dan merasa kuat dan baik-baik saja. Di tengah keadaan yang tak dapat lagi dikendalikannya, Daisy merasa tetap harus memegang kendali atas dirinya, dan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh Jack (suami), Kayleigh (sahabat) dan ibunya. Pada kenyataannya, dia memerlukan perhatian mereka, dan mereka juga memerlukan Daisy membiarkan mereka merawatnya.

4. Dalam keadaan apapun, prioritaskan waktu untuk dihabiskan bersama orang-orang yang dikasihi karena kita tak pernah tahu kapan saat terakhir kita bersama dengan mereka. Entah karena mereka yang meninggalkan kita atau kita yang pergi lebih dahulu.

Pada akhirnya, Daisy baru menyadari bahwa dia sangat memerlukan kehadiran Jack di sisinya, dan sudah membuang-buang waktu mereka yang hanya tinggal sedikit saja untuk mengurus berbagai hal yang seharusnya bukan menjadi tanggungjawabnya.

Bagaimana kesan saya tentang novel ini?

Emosional. Ada saat-saat dimana saya jengkel sekali kepada Daisy karena dia terlalu mandiri, dan dia pun menyadari hal itu. Sepertinya, justru karena itu maka dia menjadi tokoh yang patut untuk diceritakan. Dia tidak mengasihani diri sendiri. Dia tidak merasa perlu menjadi lemah karena penyakitnya. Dia selalu berusaha melakukan sesuatu untuk membuat keadaan menjadi lebih baik. Dia tidak hanya membuat rencana, tapi dia nekad melakukannya. Dia berusaha keras untuk mewujudkan rencana-rencana yang masih bisa dia lakukan sebelum kematiannya, meskipun sebetulnya rencana utamanya sangat tidak masuk akal dan tidak perlu untuk dilakukannya.

Penuh humor. Meskipun topiknya suram, yaitu, penyakit dan kematian, tetapi cara Daisy menceritakan keadaannya ringan dan penuh humor, sehingga novel ini tidak terasa terlalu terpuruk dalam kepedihan, meskipun kepedihan tak bisa dihindari.

Menyentuh. Bagaimana perasaanmu ketika sahabat dekat, atau istri, atau anak divonis mati dan kamu tak bisa melakukan apa-apa untuk mencegah agar hal itu tidak terjadi? Pertanyaan ini menyentuh hati saya begitu dalam. Sebab menghadapi kematian memang bukan hanya persoalan mereka yang akan pergi saja tetapi persoalan mereka yang ditinggalkan juga. Walaupun pada akhirnya, kita semua punya takdir yang sama, kita pasti mati, cepat atau lambat, dengan berbagai macam cara. Hanya saja, ketika kita tidak tahu kapan kita akan mati, kematian tidak terasa nyata. Padahal kematian adalah hal yang sangat nyata dan pasti terjadi. Kenyataannya, kita sebenarnya tidak punya kekuatan apapun untuk mencegahnya. Setiap hari kita hidup dalam ilusi bahwa kematian masih jauh dan tak perlu dipedulikan. Padahal...."Bisa saja saat berjalan keluar dari ruangan ini, tiba-tiba saja saya ditabrak bis dan meninggal." Kira-kira begitulah perumpamaan yang dinyatakan Patrick, seorang terapis pernafasan kepada Daisy saat dia menasihati Daisy untuk berani melepaskan kendali atas hidupnya.

Mengalir. Iya novel ini mengalir lancar dari awal hingga akhir. Saya berada di dalam kepala Daisy dari bulan Februari hingga bulan Mei, melihat apa yang dilihatnya, merasakan apa yang dirasakannya. Sekaligus menangkap perasaan-perasaan orang-orang di sekelilingnya, Jack, Kayleigh dan ibunya. Daisy mengakhiri catatan tentang dirinya di bab akhir bulan Mei. Jack melanjutkan kisahnya, setahun kemudian di bulan Mei, setahun setelah kepergian Daisy dari kehidupan mereka.

Hidup harus berjalan terus. Mungkin kehidupan selanjutnya tidak seperti yang ingin diatur oleh Daisy, tetapi hidup harus terus berjalan dan akan terus berjalan. Mereka yang ditinggalkan akan menemukan cara untuk terus hidup dan memenuhi tujuan-tujuan mereka masing-masing dengan cara mereka masing-masing dan Daisy yang sudah pergi tetap hadir dalam kenangan yang dengan penuh kasih menghubungkan mereka. Ini harapan yang dititipkan penulis novel ini di akhir cerita. Apakah dalam suatu masa yang akan datang Jack dan Kayleigh akan menjadi pasangan? Sepertinya kita bisa membuat cerita sendiri.


Thursday, October 27, 2016

The Game We Play, Refleksi Setelah Menonton Game of Thrones

Dua minggu belakangan ini, saya mulai menonton ulang Game of Thrones, sambil ikut menunggu season terakhir dari serial ini. Game of Thrones, di balik adegan-adegan saling bunuh dan adegan seks yang secara brutal mempertontonkan tubuh-tubuh yan terbelah maupun tubuh-tubuh telanjang sepanjang hampir semua episodenya, sebetulnya adalah cerita tentang politik, tentang bagaimana bertahan hidup dalam sebuah dunia yang brutal. Dalam dunia Game of Thrones, kebaikan, kebenaran, kehormatan dan cinta saja tidak cukup untuk membuat seorang tokoh bertahan hidup. Tokoh yang tidak punya ambisi untuk menjadi the ruler of the 7 kingdoms, tidak pantas untuk tetap hidup, meskipun menurut perasaan kita, dia adalah tokoh baik yang kita sukai dan harapkan menjadi lebih dari sebuah kepala terpenggal yang dipancang di atas tombak.

Percayalah, kalau Ned Stark saja bisa berakhir tragis, apalagi Robb Stark yang saat ditanya apa yang akan dia lakukan setelah memenangkan perang, menjawab dia akan kembali ke Winterfell dan tidak mengklaim tahta di King's Landing. Teeet-tooot! Jawaban yang sangat salah. 

Saya sudah belajar dari pernyataan Cersei Lannister kepada Ned Stark, "When you play the game of thrones, you win or you die, there is no middle ground." Bahkan ketika seorang tokoh menang tapi dia tidak mau mengambil apa yang seharusnya diklaimnya, dia pasti mati karena akan ada tokoh lain yang mengklaim apa yang tidak diklaimnya dan sebagai ancaman terbesar maka tokoh yang lalai dan tidak mengklaim haknya itu harus disingkirkan.



Setiap tokoh yang fokusnya melenceng dari memperebutkan tahta, harus disingkirkan karena dia tidak ada gunanya untuk jalan cerita. Setiap tokoh, seberapa busuknya pun dia, jika fokusnya adalah tahta, maka dia harus dipertahankan. Itu sebabnya, Cersei Lannister merupakan salah satu tokoh sentral yang tidak dapat digantikan. Sansa Stark, dari awal merupakan tokoh yang fokus ingin menjadi ratu, maka dia selamat. Denaerys Targaryen, fokusnya juga tepat, ingin pulang ke Westeros dan mengklaim tahta, maka dia pasti selamat. John Snow, atau seharusnya John Targaryen, dia selamat karena dia pewaris tahta seperti Denaerys dan karena dia bertekad menyelamatkan kerajaan dari the Night King. Semua tokoh-tokoh yang selamat sampai ke season 7 adalah tokoh-tokoh yang memang diperlukan untuk memainkan perebutan tahta. Perebutan tahta ini pun hanya sebuah pemanasan, sebab pertandingan yang sesungguhnya adalah antara the living and the dead, fire and ice, The Lord of Light against the Night King. Manusia versus Zombie. Sungguh yuck, I hate zombie's movies, makanya saya nggak pernah mau nonton film The Walking Dead. Tapi karena saya sudah terlanjur ingin tahu bagaimana nanti naga-naga mencairkan es di utara, dan apakah mungkin, daripada menjadi penjaga tembok utara, Brandon Stark yang bakalan jadi raja, atau dia justru hanya akan menjadi Frodo bagi John Snow yang menjadi Aragorn-nya (kalau saya ikut 'bermain' di GoT, pasti sudah mati duluan karena salah pilih siapa yang diikuti, hahaha), maka saya terpaksa harus menonton sampai akhir.

Baiklah, The Game of Thrones ini menyadarkan saya bahwa kita semua berada dalam sebuah lingkaran permainan. We all play the Game of Life. Dalam permainan kehidupan, ada berbagai macam permainan yang bisa kita pilih untuk kita mainkan dan jika ingin berhasil dalam memainkannya kita juga harus tahu gimana cara memainkannya, apa saja aturan-aturan yang ada di dalamnya dan bila perlu, seperti kata Denaerys, 'I'm not going to stop the wheel, I'm going to break the wheel.' Semuanya menjadi mungkin, dengan satu syarat utama, fokusnya harus tepat. 

Tadinya, Saya Memilih Ahok Bukan Karena Sama-sama Kristen, Tapi Sekarang...

Sejak 11 Oktober 2016, saya menutup akun Facebook untuk sementara waktu, sampai Februari 2017, setelah pilkada serempak selesai dilaksanakan. Alasan saya sederhana saja, muak membaca gonjang-ganjing isu agama dibawa ke politik, sebab saya jadi punya banyak alasan untuk menghina agama tertentu yang memang menurut pandangan subyektif saya, sangat patut terhina dan dihina justru karena ulah umatnya sendiri. Nah... intensitas emosi saya yang sudah seperti ini, menurut agama yang saya anut, tidak lagi patut untuk dibiarkan dan diikuti, karena seharusnya sebagai orang Kristen, selain selalu menyatakan kebenaran saya juga harus mampu melaksanakan ajaran Kristus yan satu ini, 'siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu' (Matius 5:39), intinya, menurut rasul Petrus, 'janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, caci maki dengan caci maki' (1Petrus 3:9). Karena saya tahu bahwa saya tidak akan mampu melakukan perintah tersebut kalau saya membiarkan diri saya tetap berada di lingkaran media sosial dan dampaknya bakalan buruk untuk kesehatan mental saya sendiri, maka saya memutuskan untuk menahan diri dan menghindar dari kemungkinan terburuk itu. Saya memutuskan untuk, walk away untuk sementara waktu. Facebook bukan sebuah kewajiban, hahaha...

Ketika waktunya tiba, saya sudah tahu saya akan memilih nomor dua. Tadinya, saya bukan memilih Ahok karena kami sama-sama kristen (baca di sini: Ini Alasan Mengapa Walaupun Saya Kristen, Tapi Tidak Serta-Merta Pilih Ahok). Tapi sekarang, justru karena Ahok cina kristen itulah maka dia mampu menunjukkan kualitasnya yang mumpuni. Justru karena Ahok, Cina dan Kristen, maka dia menjadi Ahok yang luar biasa itu. Kalau dia Cina dan mantan Kristen, bisa-bisa dia berakhir seperti Felix Siauw, ngeri nggak membayangkannya? Justru, karena dia Cina Kristen yang begitu vokal menyuarakan dan melakukan apa yang benar untuk bangsa ini, untuk ibu kota, untuk rakyat sesuai dengan hukum yang berlaku dan membuat pertimbangan2 sesuai ahlak serta ajaran agama yang dianutnya, maka dia jadi berbeda. Dia menjadikan dirinya tolok ukur bagi orang-orang Kristen lainnya bahwa di negara yang luar biasa bebasnya isu SARA dimainkan oleh sebagian populasinya, masih lebih banyak orang-orang yang ternyata waras dan berani mendukungmu, apapun agamamu dan apapun ras asalmu, asal kamu berani menunjukkan kebenaran dan tidak mundur ketika kesempatan diberikan kepadamu untuk melakukan perubahan.

Banyak orang kristen atau non-kristen yang baik, tapi takut-takut ketika kesempatan mereka ada, sehingga ketika seharusnya mereka bersinar, sinar mereka redup karena mereka tak berani tampil sebaik-baiknya, saat tampil sebaik-baiknya itu berarti harus melawan kelompok mayoritas yang korup dan bermoral rendah. Ahok tidak terintimidasi, dia justru dengan kepala tegak dan aksen bangka-belitongnya yang kental itu, secara menyolok menunjukkan bahwa, justru karena dia kristen maka dia harus bersinar seterang-terangnya, dia harus membuat perubahan, dia harus menjadi contoh bagaimana seorang anak Tuhan yang berjalan dalam terang melakukan tugas-tugasnya. Dia nekad membawa terang ke dalam kegelapan, membawa sinar itu sampai ke pelosok paling gelap di WC paling gelap dan paling busuk baunya. Dengan kenekadan itu, dia membuat raja jin, raja coro, raja ork dan begundal-begundal mereka  yang selalu bisa bersembunyi di dalam gelap, kini pontang-panting kelimpungan mencari jalan menghindari terang yang semakin lama semakin benderang itu. Ahok menunjukkan, ketika dia secara sadar tidak hanya bekerja untuk manusia, tapi juga bekerja untuk Tuhan, untuk melakukan hal yang benar di tengah politik yang tak pernah benar-benar hitam putih itu, maka Tuhan yang akan melapangkan jalannya, seberapa besarpun tantangan yang terus menghadang. Orang bisa bilang Ahok itu hoki, beruntung saja. Tapi keberuntungan yang terus-menerus? Hehehe.... Saya lebih percaya bahwa Tuhannya dan Tuhan saya, yang membukakan Laut Merah untuk Musa dan Israel, bukan Tuhan yang lemah dan karena itu perlu pasukan untuk membela dan menyelamatkannya. Tuhan yang disembah Ahok dan saya justru adalah Tuhan pembela dan penyelamat. Dialah satu-satunya Tangan Yang Kuat itu. Tak perduli berapa banyaknya tantangan dan rintangan, ketika Tangan Tuhan ada di atasmu, tak ada yang dapat menghalangimu. Bahkan kematian, bukan hal yang menakutkan sama sekali, itu sebabnya Ahok berani, dia tahu Tuhannya sudah mengalahkan kematian. Tuhan itu, yang menjadi pembelanya dan sandarannya.

Saya, tentunya, bukan pembela Ahok. Saya tidak mampu melakukannya. Siapa saya sih? Saya memilih untuk walk away, sebab saya percaya, Tuhan sudah memilih siapa juaranya. Tugas saya hanya cukup membuat pilihan sesuai hasil pengamatan dan hati nurani pada pilkada DKI di bulan Februari 2017. Gimana nanti skor akhirnya, itu sudah ada dalam suratan takdir. Tapi saya belum tahu takdir akan seperti apa. Syukurlah, dengan begitu saya masih bisa merasa saya punya andil dalam menentukan jalannya sejarah Jakarta. Saya ingin Jakarta maju dan berkembang di bawah kepemimpinan seorang cina kristen yang diberkati untuk memberkati kota ini. Maka, ya, sekarang saya memilih Ahok karena dia kristen dan karena dia cina dan karena saya seratus persen yakin dia mampu memimpin Jakarta menjadi jauh lebih baik daripada yang pernah dibayangkan. Jakarta yang terlahir kembali, lebih baik, lebih maju, lebih kuat!

Saturday, October 01, 2016

Katakan Cukup Sudah, Aku Bukan Sisyphus

Cukup sudah. Gambar ini sudah saya posting
di instagram
Ada masanya, kita--kita? lebih tepatnya, saya--seperti Sisyphus, melakukan hal yang sia-sia secara berulang-ulang, nggak pernah selesai-selesai. Eh, sebentar... Tau kan hal sia-sia seperti apa yang terpaksa harus dikerjakan Sisyphus sepanjang keabadian? Tau juga kah cerita kenapa dia sampai harus melakukan hal itu? Mungkin ada yang belum tahu, dan karena mood saya sedang kepingin nulis postingan panjaaang, mari saya ceritakan kembali mitos Yunani yang satu ini. Ceritanya menarik.

Kisah Sisyphus

Sisyphus adalah seorang raja dari Ephyra atau yang sekarang disebut sebagai Corinth (Korintus). Sebagai penguasa dia terkenal cerdas dan culas. Untuk melanggengkan kekuasaannya, dia melakukan segala cara dan membunuh banyak orang. Tetapi dosa terbesar yang dilakukannya adalah sesumbar bahwa dia lebih cerdas dari Zeus. Sebagai mahadewa, Zeus tentu tidak terima. Sisyphus lalu dihukum dengan dikirim ke dunia bawah, Tartarus, yang dikuasai oleh Kematian, Thanatos. Namun apa yang terjadi? Sisyphus berhasil menjebak dan merantai Thanatos lalu kabur dari Tartarus. Akibatnya, tak ada manusia yang meninggal untuk jangka waktu yang sangat lama, karena Kematian diikat oleh Sisyphus. Hal ini menjengkelkan bagi Ares, dewa perang, karena apa asyiknya dalam sebuah peperangan saat tak ada yang mati terbunuh? Maka dewa-dewa pun bersepakat untuk bersama-sama menangkap manusia yang merepotkan dan mengacaukan keseimbangan yang mereka ciptakan. Mereka lalu mengancam akan membuat hidup Sisyphus begitu menderita sehingga ia akan memohon untuk mati. Sisyphus pun tak berani mengambil resiko tersebut, ia membebaskan Thanatos dan menerima hukumannya.

Apa hukumannya?

Hukumannya adalah untuk selama-lamanya, Sisyphus harus melakukan satu kegiatan, mendorong sebongkah batu besar ke atas gunung dan batu itu akan meluncur turun kembali sehingga Sisyphus harus mendorongnya lagi ke atas. Demikian berulang-ulang, sepanjang keabadian.

Saya bukan Sisyphus. Tetapi selama bertahun-tahun, sejak 2006 hingga 2016 ini, saya melakukan hal yang mirip seperti yang dilakukan oleh Sisyphus. Menjalani hal yang sia-sia untuk dilakukan, bukan karena kena kutukan atau hukuman dewa-dewa, tetapi karena belum memiliki kesadaran bahwa saya sedang menjalankan "hukuman" yang seharusnya tidak perlu saya jalani.

Beruntungnya, saya, berbeda dengan Sisyphus, tidak harus mendorong batu itu ke atas dan boleh membiarkannya menggelinding sesukanya. Saya, tidak seperti Sisyphus, bebas merdeka untuk keluar dari tartarus dan bisa pergi kemana saya kehendaki. Mantera untuk membebaskan diri dari kesia-siaan hanya satu: cukup sudah.

Ya, kesabaran harus ada batasnya. Ada kecukupannya. Itu semua untuk kebaikan manusia bahwa ada batasan-batasan. Batasan kesakitan adalah kematian. Batasan kemarahan adalah tindakan. Batasan kesabaran adalah perubahan. Setidaknya, itu bagi saya. Saya bersyukur, cuma perlu waktu sepuluh tahun untuk menyadari kesisyphusan yang sudah saya lakukan perlu dihentikan sebab saya nggak berbahagia melakukannya. Begitu saya putuskan untuk cukup sudah, dan meninggalkan semuanya begitu saja, langkah saya ternyata enteng-enteng saja. Jalan di depan sana aman-aman saja. Sejauh ini, hari-hari saya tetap normal-normal saja, haha... emang mau jadi aneh kayak apaan sih?

Semua itu memberikan satu lagi pelajaran berharga yang saya peroleh dari pengalaman ini yaitu, be brave, jangan maju mundur, melangkah ke depan, biarkan apa yang tak bisa diselesaikan dan diubah untuk direlakan saja. Bukan bagian saya untuk memperbaiki apa yang memang bukan tugas saya. Saya bahkan tidak perlu membuang-buang tenaga dan waktu untuk itu. Saya seperti baut yang berbeda ukuran dimasukkan secara paksa pada sebuah mur. Pantas saja makin nggak beres, saya yang semakin lama semakin nggak nyaman dan bosan, dan akhirnya muak. Muak itu penting ternyata, haha... Muak itu, puncak kesadaran. Lalu semua menjadi lebih jernih saat melepaskan sumber masalah.

C'est la vie. Begitulah hidup...


Monday, May 16, 2016

Remembering Pikoro, The One and Only..

Pikoro adalah satu-satunya anjing pribadi yang pernah saya pelihara. Pikoro adalah anak satu-satunya dari induk Gargamel seekor anjing spaniel putih hitam yang sangat cantik, dan pejantannya entah siapa. Gargamel, atau yang biasanya dipanggil Memel oleh sepupu-sepupu saya, adalah ibu kandung yang lebih mirip ibu tiri di film-film tentang ibu tiri yang kejam. Memel sejak dari melahirkan sama sekali tidak mau menyusui anak tunggalnya ini, dan setelah berusia beberapa minggu, suka menggigitnya, sehingga akhirnya Pikoro pun dihibahkan untuk saya.

Saya yang mengurusnya sejak saat itu dan dia jadi mainan yang menyenangkan, bahkan tidur pun sama-sama di atas tempat tidur dan selalu satu bantal. Lucunya lagi, dia juga suka tidur telentang, bukan tengkurap seperti anjing-anjing pada umumnya. Sehingga akhirnya oleh adik-adik saya, dia dianggap anjing yang tidak mau mengaku sebagai anjing dan mereka memangggilnya mahluk Pikoro. Demikianlah waktu berlalu, Pikoro yang bulunya hitam legam, dengan ada sedikit sekali warna coklat di alisnya (kalau anjing punya alis), kemudian menjadi pendamping setia saya di rumah. Dimana ada saya, pasti ada Pikoro. Dia juga seekor betina yang sombong. Beberapa kali saat musim kawin, beberapa ekor pejantan yang naksir Pikoro nekat nyelonong masuk ke rumah, tapi tidak satu pun berhasil memaksakan birahi mereka atas Pikoro. Dia mempertahankan diri dengan tetap duduk, sama sekali tidak bisa didongkel untuk melakukan doggy-style wakakaaa.... sambil tidak berhenti menggeram dengan nada sangat mengancam. Sampai usianya 5 tahun di tahun 2003, Pikoro tetap perawan tingtong.

Kemudian, desember 2003, ketika ayah saya meninggal, Pikoro menghilang. Saya menyadari dia tidak ada sejak kami pulang dari memakamkan papa. Perasaan saya mengatakan dia dicuri orang saat kami sedang sibuk-sibuk saat itu. Tiga tahun kemudian, 2006 saat kami sedang sibuk menyiapkan pernikahan adik saya, tiba-tiba seekor anjing kecil, bulunya masih lebat tetapi seperti tak terurus mondar-mandir di depan pagar lalu nekad menyelinap masuk. Saat itu, kami punya pembantu, namanya panggilannya Nah. Si Nah berusaha mengusirnya tetapi dia tidak mau pergi, malah galakan dia daripada si Nah sehingga Nah pun membiarkan dia menunggu di depan pintu ruang tamu. Saat mama saya datang untuk melihat keributan yang terjadi, mama langsung mengenali Pikoro. Sayangnya, reunian ini tidak berlangsung lama, satu atau dua minggu setelah kedatangannya, Pikoro mati. Mungkin, dia nekad pulang untuk mati di rumah dimana dia dibesarkan, mungkin...

Gambar paling awal di atas sana itu, adalah coretan awal saya di hari minggu yang lalu, saat tiba-tiba saja ingat Pikoro yang tengil dan jutek. Katanya, seekor anjing biasanya mirip-mirip sifatnya dengan tuannya, haha... Ya gitu deh.. Dari corat-coret itu kemudian saya lanjutkan saja sampai bentuknya jadi agak-agak mirip dengan Pikoro. Kalau pun sama sekali nggak mirip, setidaknya bulu hitamnya mewakili bulunya Pikoro. Apakah anjing-anjing juga pergi ke surga? Katanya, anjing tidak memiliki roh (soul) seperti yang dimiliki manusia, sehingga saat mereka pergi, itulah akhir kehidupan mereka, mereka tidak perlu kuatir soal surga dan neraka. Entahlah...


Thursday, May 12, 2016

Stay Single and Stay Happy, Bisakah? Bisa Dong, Gimana Caranya?

Hai, jomblo-ers! Malam minggu ngapain aja? Masak truk saja punya gandengan tapi kamu enggak, ngenes bener, mblooo! Akrab kah kamu dengan guyonan semacam itu? Yang kalo orang yang kena tamparan bereaksi lalu diejek lanjutan sebagai nggak woles, nggak selow katanya. Eniwei, tau nggak kamu kalo truk gandeng itu berat, hahaha... Iya oi, walopun gimana, truk gandeng itu berat, dan bisa bikin rusak jalan raya yang udah diaspal dengan mulus, makanya rutenya mereka itu nggak boleh masuk kota jalan utama, kudu mutar lingkar luar kota, sebab mereka membawa kerusakan-kerusakan pada jalan dalam kota yang memang enggak dirancang buat wara-wiri para truk gandeng itu, tapi dirancang untuk jadi ajang macet mobil-mobil dan motor-motor non-gandeng. Jadi, siapa bilang jadi truk gandeng itu menyenangkan?

Banyak sekali masalah atau potensi masalah dalam pernikahan. Ya, banyaknya masalah dalam pernikahan, jauh melampaui masalah masa-masa lajang. Jadi, ketika masih melajang, atau belum punya pacar, jangan cepat-cepat merana, tunda sampai kalian menikah dulu dan lihat hasilnya, hahahaa... Maksud saya, tahukah kamu bahwa menikah itu lebih berat daripada melajang? Berada dalam pernikahan adalah sebuah kerja keras, untuk membuat pernikahan berjalan dengan lancar dan selalu baik-baik saja. Apalagi kalau ternyata memperoleh pasangan yang makin lama bukan makin terasa dekat tetapi makin terasa jauh dan berbeda daripada sewaktu masih berpacaran. Dan yang semacam ini, banyak terjadi, itu sebabnya, perceraian juga banyak terjadi.

Apapun dapat terjadi ketika sudah berumahtangga, seoptimis apapun awal mula memasukinya. Karena itu, jangan mengira bahwa menikah adalah akhir dari segala masalah. Masalah, nggak akan pernah ada akhirnya. Masalah akan selalu ada, apakah kamu single atau kamu double atau (god forbid) terpaksa triple atau kwartet. Maka, nikmati masa kamu hanya punya masalahmu sendiri, bukan harus ikut menanggung masalah suami, masalah ipar, masalah mertua, masalah anak, dan berbuntut-buntut masalah yang akan kamu hadapi saat kamu sudah digandeng orang. Masa-masa single adalah masa dimana kamu seharusnya paling menikmati kehidupan untuk diri sendiri, melakukan hal-hal yang memang ingin kamu lakukan dan menikmatinya, sebab masa-masa itu mungkin akan segera berlalu, sehingga bila kamu tidak menikmatinya sekarang, kamu akan menyesalinya nanti. Penyesalan itu yang bisa menjadi salah satu dari sekian masalah yang timbul ketika kamu tak lagi sendiri.

Baiklah tante G, terus gimana caranya agar tidak menjadi jomblo ngenes? Hehe.. Ya jangan mau dikata-katain jones, sebab tahukah kamu bahwa ada banyaaak sekali keuntungan selama kamu masih single. Hal-hal ini sebetulnya bukan hal baru, tapi mungkin saja karena kita terlalu terpaku pada pertanyaan: kapan kawin? kapan kawin? kapan kawin? maka kita lupa bahwa, ada berbagai benefit yang sebetulnya kita (dapat) nikmati kalau saja kita memanfaatkannya secara sadar:

1. Bepergian. Yes! Sebagai seorang jomblo bahagia, apa yang menghalangimu traveling dengan teman-teman begitu ada dana? Kamu nggak perlu memikirkan ijin suami atau istri, tak perlu bayar uang sekolah anak, jadi, bila danamu ada dan keinginan untuk jalan-jalan sedang menggebu-gebu, ya cusss ajalah pergi tanpa beban.

2. Bergenit-ria. Apa salahnya tebar pesona? Kamu justru masih bisa melakukan hal itu dengan aman dan halal. Kamu masih bebas, belum terikat dengan siapa-siapa, tidak ada salahnya justru untuk membebaskan dirimu berkencan dengan siapapun yang sesuai untukmu.

3. Mengurus diri sendiri. Lebih mudah mengurus diri sendiri saat masih sendirian. Rajinlah merawat kulit dan berolahraga. Sebab setelah menikah dan punya anak, kemungkinan besar akan lebih banyak waktu dihabiskan dengan mengurus anak dan suami.

4. Tidur dengan nyaman. Terpikir nggak gimana kamu akan lebih terganggu tidurnya kalau sudah menikah nanti? Jadi, selama masih single, kuasai tempat tidur dan tidurlah seenak-enaknya, senyenyak-nyenyaknya.

5. Punya banyak waktu untuk membaca atau melakukan hobi yang lain. Hal ini penting untuk disadari saat sekarang ini. Kemungkinannya kamu akan harus meninggalkan hobi tertentu ketika sudah menikah, dan baru bisa melanjutkan kembali bertahun-tahun kemudian ketika sudah punya waktu lagi. Tahukah kamu berapa banyak ibu-ibu dan bapak-bapak yang menjerit-jerit mereka memerlukan me time? Jadi, mengapa tidak sekarang saja temukan hobi dan eksplorasi sepuas-puasnya kegiatan-kegiatan yang menarik bagimu. Mungkin saja hobi itu bisa menjadi sebuah usaha yang menguntungkan?

6. Melatih diri lebih mandiri. Pernah lihat drama dimana seorang ibu menjerit-jerit panik karena genteng bocor atau anaknya panas tinggi sedangkan suami sedang di kantor dan dia bingung sendiri? Atau bapak-bapak yang ga berdaya saat ditinggal istri, nggak bisa masak nasi, nggak bisa bikin teh, pokoknya tragis karena kebodohan sendiri. Nah, (kelebayan kayak gitu) itu tuh, jangan sampai terjadi sama kita-kita. Ayo belajar untuk mandiri, kerjakan apa yang memang bisa dikerjakan, sebab pada saat sudah menikah atau saat nyatanya nggak menikah-menikah, kemandirian ini akan sangat menolong bagi kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita.

Tau nggak sih, menulis semua ini di sini membuat saya sendiri jadi semangat, hahahaaa... Life is great! Really. Selama kita memanfaatkannya dengan sebaik mungkin, apanya yang tidak menyenangkan? Sama sekali tidak ada alasan untuk menjadi ngenes, apapun status kita, selama kita bisa melihat benefitnya dan melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dan tepat. Life is not that hard, we just have to live smarter.

Nah sekarang, cobain deh, lakukan beberapa hal berikut ini:

1. Rencanakan membuat mega kado untuk diri sendiri pada kesempatan-kesempatan khusus, misalnya pada saat ulang tahun, hadiahkan sebuah perjalanan ke tempat wisata yang menyenangkan. Mengapa tidak? Kamu pantas mendapatkannya.

2. Seminggu atau sebulan sekali buat acara movie date atau eating out ke resto yang keren untuk diri sendiri. Me time semacam ini lebih baik dipuas-puasin sekarang daripada menjerit-jerit kemudian.

3. Cari hobi baru atau dalami hobi lama dengan ikut klub tertentu sesuai dengan minatmu.

4. Belajar keahlian baru: memasak, membuat kue, menjahit, berkebun, montir, disain interior, dan banyak lagi.

Yang membuat hidup menjadi membosankan adalah saat kurang kegiatan. Tapi yang membuat hidup terasa hectic adalah ketika punya terlalu banyak kegiatan yang tak jelas apa gunanya. Karena itu pilih dengan baik kegiatan-kegiatan kita dan nikmati apa yang sedang kita lakukan. Stay single and stay happy? Why not!

Monday, May 02, 2016

Tante G Sedang Apa??? Sedang Belajar Kode-kode Buat Mempercantik Blog!

Kalau ada yang bertanya-tanya, itu si tante mbak miss G kenapa belakangan-belakangan ini kok malah nulis soal dongeng ala eropah dan segala model teori kayak sok iya aja, apakah blognya kena sambet hack? Kagaaak! Itu sebagian dari personaliti saya yang lain. Kan udah tau, saya mah orangnya gitu, random abis, wahaha.. ya nasib. Terima aja, selama bikin awet muda mah, kenapa ditolak *lalu setrika muka sampe alus* iyeh. Jadi, kenapa gitu saya ini malah posting-posting tentang dongeng-dongengan, sebab saya sedang belajar kode html, css, java. Iya kan, nggak nyambung kan? Sebab emang nggak nyambung, belajarnya apaan, yang dipostingin apaan. Iye, sebab yang kode-kode itu kan belom tuntas ya, masih usaha. Baru beberapa yang udah dipraktekin di blog sendiri. Udah berhasil bikin web sederhana juga, jadi sedikit banyak ngerti bahasa ajaib pas buka Edit HTML di dashboard.

Sebagian cita-cita luhur saya sih emang iya, emang bikin blog cantik untuk diri sendiri. Haish, egois bener elu G. Lha, kalo enggak ada yang nawarin (gratis) untuk bikinkan blog sesuai selera, ya usaha kaleee... Jomblo eh Lajang emang gitu bawaannya, harus mandiri mandi memang sendiri, nggak ada yang mandiin.

Okeh balik lagi ke belajar kode-kode itu, ternyata asyik banget. Bener-bener jadi keasikan sendiri dan imbasnya adalah nggak banyak waktu lagi buat ngegosipin apaan tau di fesbuk *sedih, perih, pedih sekalih*. Siang malam yang kepikiran gimana bisa bikin kombinasi kode yang bersih. Sebab buka-buka beberapa blog cantik, ternyata layout-nya amburadul, wwkwkw *baru ngeh deh sekarang*, jadi ngerti kenapa itu para geek selalu menekannya untuk bikin a good and clean code, supaya tampilan dalam dan tampilan luar sama-sama cantik. Tapi eh tapi, saya mah belum sampe ke sana, cuma baru bisa mengamati belum bisa menghasilkan yang mendekati setengah dari yang sudah saya bedah diam-diam itu. Tenyata selain harus lebih gape lagi di html, css dan java masih ada yang lain-lain yang harus juga saya kuasai kalau ingin membuat tampilan blog yang interaktif dan sebagainya dan sebagainya *usap peluh, perbanyak makan bapang dan ngetreadmil* tapi nih, kalo baca-baca diskusi-diskusi dan testimoni beberapa blogger yang sekarang udah jago ngedisain blog/web, cuma diperlukan waktu sekian bulan untuk jadi cukup ahli atau paling-paling apes ya ngerti deh mau ngapain aja pas buka template.

Apalagi yaaa yang saya peroleh dalam petualangan saya memanfaatkan internet beberapa waktu belakangan ini... emmm.. Iya, saya jadi ngerti bahwa world wide web ini ternyata dulunya tempat para akademisi saling kirim mengirim dokumen. Ternyata ini tempat serius. Pantesan aja, Mark, Bill dan Steve, para geek ngetop itu tidak aktif-aktif amat di jaringan sosial, sebab memang mereka nggak melihat jaringan itu untuk saling berhubungan seperti yang kita kenal, ketahui dan pergunakan pada saat ini. Mereka kayaknya terhindar dari penyakit jiwa terpopuler saat ini: F(ear)O(f)M(issing)O(ut), sebab mereka fokus menerima yang relevan aja buat kerjaannya, beda sama keriangan kita yang 24/7 kudu saling terhubungkan atau menghubung-hubungkan walaupun nggak ada hubungannya (itu mah elooo kali G, wkwkwk).

Sebenernya banyak yang mau saya tulis dengan sok tau, dan mau juga menambahkan beberapa sumber yang menurut saya sangat membantu dalam menambah pengetahuan saya tentang template blog. Tapi, berhubung banyak banget, jadi perlu waktu untuk sortir dulu, supaya yang masuk daftar memang relevan dan up to date.

Untuk sementara ini, itu dulu ocehan saya tentang apa yang sedang saya lakukan pada saat ini. Kalau petualangan saya berhasil, di bulan Juni nanti, saat ulang tahun saya (kasih kado yaaaa), bakal ada sesuatu give away gitu deh. Sama, saya jadi kepikiran bikin blog satu lagi inih... *nggak kapok-kapok* khusus buat play ground beginian. Atau... ah liat nanti aja deh. Untuk saat sekarang, dongeng dan kode-kode adalah keasikan terkini yang masih memikat.

Friday, April 29, 2016

Membaca dan Menganalisa: The Blue Light. Siapa Protagonisnya? Siapa Antagonisnya? Siapa Korbannya?

The Blue Light atau Lentera Api Biru adalah versi Grimm Bersaudara dari sebuah cerita rakyat yang bisa dikatakan ditiru oleh Andersen dalam dongengnya Fyrtoejet atau The Tinderbox.

Pada abad ke-19 munculnya aliran Romantisme membangkitkan kembali ketertarikan pada cerita rakyat. Dua bersaudara Grimm, Jacob dan Wilhelm, yang adalah pakar bahasa, periset budaya dan penulis Jerman, mengkhususkan diri untuk mengkoleksi dan menerbitkan cerita rakyat Jerman. Antara tahun 1812 dan 1857, koleksi perdana mereka direvisi dan diterbit-ulang berkali-berkali, sehingga berkembang dari 86 cerita menjadi 200 cerita. Grimm bersaudara inilah yang mempopulerkan cerita-cerita seperti Cinderela, The Frog Prince, The Goose-Girl, Hansel and Gretel, Rapunzel, Sleeping Beauty dan Snow White.

The Blue Light adalah salah satu dari dongeng yang dikumpulkan oleh Grimm Bersaudara. Dongeng ini merupakan variasi dongeng Aladdin dari kisah Seribu Satu Malam atau The Arabian Nights. Koleksi dongeng-dongeng Arab dan Persia diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis pada tahun 1704-1717. Dongeng-dongeng itu menjadi sangat populer pada masa tersebut, meninggalkan jejak-jejaknya di alam bawah sadar masyarakat Eropa dan dalam berbagai karya sastra Eropa. Dalam artikel ini, saya mengklaim bahwa dongeng-dongeng Andersen yang khas Eropa dan sebagian kental pengaruh Kristen-nya bisa diterima di seluruh dunia, karena ada kebenaran-kebenaran universal di dalamnya. Demikian pula dongeng-dongeng dari Arab dan Persia yang kental pengaruh dan budaya Islam-nya dapat menembus Eropa dan menjadi sangat populer sehingga mempengaruhi budaya literasi dan alam bawah sadar masyarakatnya. Bayangkan, itulah kekuatan dari cerita.

Di blog Kampung Fiksi, pada setiap hari Jumat saya akan mulai menulis dan meresensi secara singkat dongeng-dongeng dari Eropa yang belakangan ini sedang saya pelajari. Ternyata ada sebuah model yang biasanya dipakai untuk menganalisa sebuah dongeng. Namanya the actantial model. Bentuknya seperti ini:


Selain model actantial ini, struktur cerita dongeng umumnya memiliki pola: Home - Away - New Home. Atau Rumah - Pergi dari rumah - Rumah baru.

Mari kita coba menganalisa The Blue Light dengan mempergunakan the actantial model. Kalau mau membaca dongengnya, yang sudah saya terjemahkan ke bahasa Indonesia, silakan baca di sini: Membaca dan Mereview Dongeng: The Blue Light. Di sini saya hanya akan menceritakan kembali secara singkat jalan cerita dongeng tersebut.

Ada seorang prajurit yang setia kepada rajanya tetapi karena luka-lukanya dalam peperangan ia tidak lagi berguna dan dibebastugaskan tanpa diberi uang pesangon. Prajurit ini lalu berjumpa dengan penyihir dan diberi tiga tugas sebelum akhirnya memperoleh si lampu biru dan bertemu dengan gnome. Gnome menolong prajurit membunuh penyihir dan membalas dendam kepada raja. Selama tiga malam prajurit memerintahkan gnome untuk menculik putri raja dan menjadikan putri raja sebagai pelayannya. Setelah tiga kali melakukan penculikan, prajurit tertangkap dan hendak dihukum mati. Sebelum dihukum mati prajurit berhasil memanggil gnome yang diperintahkannya untuk menghukum orang-orang yang hendak menghukumnya, termasuk raja. Raja yang ketakutan kemudian menyerahkan seluruh kerajaan beserta pasukannya kepada si prajurit dan memberikan putrinya menjadi istri prajurit.

Apakah dongeng The Blue Light dengan patuh mengikuti model actantial? Apabila dilihat secara sepintas lalu, dongeng ini memang memenuhi unsur-unsur yang ada di dalam model actantial. Mari kita bahas. Pada awal cerita kita langsung dipertemukan dengan si prajurit yang merupakan tokoh utama dan penerima. Prajurit berada di 'rumah' saat ia bersama-sama dengan raja. Tetapi sejak awal cerita dimulai, kita sudah diajak untuk menyaksikan bahwa si prajurit diusir keluar dari rumah tersebut. Dia bertemu dengan halangan pertamanya yaitu si penyihir yang memberinya tiga buah tugas. Tugas-tugas ini kemudian membawanya bertemu dengan penolongnya yaitu si gnome. Gnome membantu prajurit membunuh musuh pertamanya si penyihir. Kemudian, gnome mengerjakan tiga buah tugas untuk prajurit, yaitu selama tiga malam ia menculik putri raja. Ketika prajurit tertangkap dan dipenjarakan, prajurit bertemu dengan penolongnya yang kedua yaitu temannya yang dimintainya tolong untuk mengambilkan api biru. Dengan mempergunakan si gnome, prajurit kemudian berhasil dibebaskan dari hukuman dan raja menghadiahkan kerajaan, pasukan dan putri raja untuk prajurit. Hal ini menjadikan raja sebagai donor sejatinya dan prajurit mendapatkan rumah yang baru.

Kelihatan sangat simple bila mempergunakan the actantial model sebagai acuannya. Dan model itu memang hanya sebagai acuan untuk menganalisa cerita, sebab sebenarnya cerita ini tidaklah sesederhana seperti yang kelihatan.

Pada cerita ini jelas kelihatan si prajurit bukanlah tipe pahlawan ideal. Dia tidak gagah perkasa, sebab luka-luka yang dialaminya di waktu perang rupanya memang membuat tubuhnya lemah sehingga saat harus bekerja dia tak dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan sempurna. Dia juga bukan tipe kekasih yang romantis, caranya memperlakukan putri raja sungguh tegaan dan bengis. Pakai acara culik-menculik pula, sungguh pantas sebetulnya dia masuk penjara, kan? Jelas sekali prajurit ini adalah protagonis yang warnanya abu-abu.

Bagaimana dengan tokoh antagonisnya? Raja dan penyihir sama-sama merupakan tokoh-tokoh antagonis bagi si prajurit, tetapi keduanya juga sama-sama menjadi donor bagi prajurit. Penyihir menjadi donor saat membuat prajurit memperoleh api biru. Sedangkan raja menjadi donor terbesar dalam hidup prajurit karena memberikan istana, pasukan dan istri.

Memang di dalam model actantial tidak disebutkan adanya korban atau yang dikorbankan, hanya disebutkan adanya obyek, yaitu apa yang diperoleh oleh protagonis sebagai penerima. Putri raja masuk dalam kategori sebagai obyek yang diserahterimakan oleh raja untuk menyelamatkan hidupnya sendiri. Putri raja ini yang nampaknya telah menjadi korban dan dikorbankan. Gnome yang berasal dari api biru, selain sebagai penolong ia juga merupakan korban, karena ia menjadi alat yang dipakai oleh si prajurit untuk mencapai keinginan-keinginannya yang bertentangan dengan saran-saran baik dari gnome.

Tuesday, April 26, 2016

Mengapa Dongeng Merupakan Hal Yang Penting dan Dimana Mencari Kebenaran? Dari Christian Andersen, Carl Ewald dan Isabel Allende, Belajar Tentang Gairah Untuk Menemukan Kebenaran Melalui Cerita

Dalam TED-talk berjudul The Tales of Passion, salah satu pengarang novel favorit saya, Isabel Allende yang menjadi pembicaranya, membuka pembicaraan tersebut dengan mengutip sebuah peribahasa Yahudi:

What is truer than truth? Answer: The story. 

Selanjutnya, Allende berkata:

I'm a storyteller. I want to convey something that is truer than truth about our common humanity. All stories interest me, and some haunt me until I end up writing them. Certain themes keep coming up: justice, loyalty, violence, death, political and social issues, freedom. I'm aware of the mystery around us, so I write about coincidences, premonitions, emotions, dreams, the power of nature, magic.

Bagi mereka yang familiar dengan karya-karya Isabel Allende pasti dapat langsung memahami apa yang sedang dibicarakannya. Allende memiliki pendekatan yang unik dalam karangan-karangannya. Pemeran utamanya selalu perempuan-perempuan kuat dan gigih dengan latar belakang yang menarik dan berperan sebagai agen perubahan yang harus berjuang keras melawan tradisi dan norma-norma sosial yang membelenggu perempuan dan mereka yang lemah dan dipinggirkan pada umumnya. Itulah cara Allende untuk menunjukkan kepada pembaca apa yang sedang terjadi dan bagaimana kita dapat berusaha untuk menciptakan keadaan yang lebih baik. Melalui karya fiksinya, Allende mengungkapkan kebenarannya dan mengajak kita untuk sama-sama berkaca sehingga kita bisa melihat mana yang salah dan berusaha untuk membetulkannya.

Hans Christian Andersen, pendongeng terkenal dari Denmark, juga selalu berusaha untuk menunjukkan kebenaran melalui dongeng-dongengnya. Dongeng-dongeng Andersen menjadi begitu terkenal luas di seluruh dunia karena nilai-nilai moral universal yang terkandung di dalamnya. Meskipun dongeng-dongeng Andersen sebetulnya kompleks dan tidak sepenuhnya bisa dikatakan hanya dongeng-dongeng sederhana untuk anak-anak, tetapi kebanyakan orang mengira bahwa dongeng hanya untuk konsumsi anak-anak saja. Padahal Andersen menargetkan dongengnya untuk anak-anak dan untuk para orang tua yang membacakan dongeng-dongeng itu untuk anak-anak mereka.

Mari kita ambil contoh dongeng Den Lille Havfrue atau The Little Mermaid. Dongeng ini bercerita tentang seorang putri duyung yang jatuh cinta kepada seorang pangeran sehingga rela menjual suaranya supaya dapat memperoleh jiwa dan sepasang kaki sehingga ia dapat mengejar lelaki impiannya. Ketika akhirnya ia tak dapat menikah dengan pria yang dicintainya, ia memilih untuk menceburkan diri ke laut daripada membunuh orang yang dicintai. Karena ketulusannya itu ia kemudian berubah menjadi buih-buih ombak. Kisah ini sebetulnya begitu kompleks untuk menjadi cerita anak, sehingga kini The Little Mermaid diadaptasi sedemikian rupa oleh Disney dan menjadi versi yang jauh berbeda dibandingkan dengan versi aslinya.

Apa  yang diungkapkan oleh Andersen melalui dongeng ini yaitu mengenai pengorbanan dan ketulusan, juga kenyataan bahwa dalam hidup ini kita tidak selalu memperoleh apa yang kita inginkan, mungkin tidak dengan mudah dipahami oleh anak-anak. Lalu mengapa dongeng itu justru menjadi dongeng Andersen yang paling terkenal hingga saat ini, disamping dongeng The Ugly Duckling atau Itik yang Buruk Rupa, dan dongeng-dongeng lainnya? Sebab dongeng-dongeng dapat diibaratkan sebagai sebuah pintu tertutup yang kuncinya akan diketemukan oleh anak-anak ketika mereka beranjak dewasa. Dongeng-dongeng yang mengandung kebenaran-kebenaran universal ini, akan melekat erat di dalam pikiran, dan tidak mudah terlupakan.

Sebuah cerita berjudul The Story of the Fairy Tale, ditulis oleh Carl Ewald, seorang penulis dongeng, juga dari Denmark, yang muncul setelah Hans Christian Andersen, patut untuk kita simak dan renungkan. Sebab, meskipun cerita ini ditulisnya sekitar akhir abad ke 19 menuju abad ke 20, tetapi cerita ini sangat relevan, terutama untuk saat ini.

MENCARI KEBENARAN (scroll down, please)
Pada suatu waktu di masa kita sekarang ini, Kebenaran tiba-tiba saja lenyap dari muka bumi.

Ketika banyak orang menyadarinya, dunia menjadi gempar sehingga diutuslah lima orang paling bijaksana di seluruh dunia untuk menemukan Kebenaran. Kelima orang bijak ini diutus pergi ke seluruh penjuru bumi, dibekali dengan niat baik dan uang yang cukup membiayai seluruh perjalanan mereka untuk sepuluh tahun.

Setelah sepuluh tahun lamanya berkeliling dunia, kelima orang bijak itu kembali. Dari kejauhan mereka sudah melihat kedatangan masing-masing. Mereka saling melambaikan tangan sambil berseru kegirangan mengabarkan bahwa mereka masing-masing berhasil menemukan kebenaran.

Orang bijak pertama maju dan menyatakan bahwa ia sudah menemukan Kebenaran. Kebenaran adalah Ilmu Pengetahuan! Namun sebelum ia sempat menyelesaikan laporannya, orang bijak kedua menyikutnya dan mendorongnya sambil mengatakan hal itu adalah kebohongan besar, sebab kebenaran adalah Agama! Ini membuat orang bijak pertama menjadi sangat marah, sehingga mereka mulai bertengkar. Saat keributan itu mulai, orang bijak ketiga pun maju menengahi, ia berkata, Kebenaran bukan Ilmu Pengetahuan, bukan juga Agama. Kebenaran yang sesungguhnya adalah Cinta. Namun pernyataannya segera dibantah dengan ketus oleh orang bijak yang keempat. Orang bijak yang keempat ini dengan bangga menyatakan ia sudah mengantongi kebenaran. Dari dalam sakunya dikeluarkannya bongkahan emas, Kebenaran yang nyata adalah Emas, sedangkan hal-hal lain hanya permainan anak-anak yang tak masuk akal. Lalu berdirilah orang bijak yang kelima, namun dia tak dapat berdiri tegak, tubuhnya sempoyongan seperti sedang mabuk. Sambil tertawa-tawa orang bijak kelima ini berkata, semuanya salah. Kebenaran yang paling benar ada di dalam Anggur.

Demikianlah kelima orang bijak itu tak dapat menemukan kesepakatan tentang Kebenaran sehingga mereka mulai bertengkar, beradu argumentasi dengan sangat kerasnya. Lama kelamaan adu mulut itu menjadi adu jotos yang sangat brutal, tak lagi pantas untuk ditonton. Ilmu Pengetahuan kepalanya bocor. Cinta diserang habis-habisan sehingga compang-camping dan harus membersihkan diri  dahulu sebelum dapat tampil lagi di muka umum. Emas dilucuti dan ditemukan bahwa emas itu palsu. Botol Anggur dipecahkan hingga anggurnya tumpah ke tanah berlumpur. Tetapi yang paling menyedihkan adalah nasib Agama. Semua orang menyerang dan mengolok-oloknya sehingga ia nyaris kehilangan imannya.

Tak perlu waktu lama bagi orang banyak untuk mulai berpihak. Ada yang berpihak kepada yang ini, ada yang berpihak kepada yang itu. Lalu pertengkaran pun dilanjutkan kembali. Masing-masing pihak saling berteriak kepada pihak lain sehingga mereka tak lagi dapat saling melihat maupun mendengar karena begitu hebatnya kegalauan yang tercipta.

Tapi, di sebuah sudut dunia, duduklah sekumpulan orang yang sedang berduka. Mereka berduka karena mereka pikir Kebenaran sudah tamat, ia sudah tercabik-cabik dan tak mungkin lagi dapat menjadi utuh kembali.

Saat mereka sedang berputus-asa, datanglah seorang gadis kecil sambil berlari-lari. Gadis itu berkata ia sudah menemukan Kebenaran! Kalau saja mereka mau mengikutinya ke suatu tempat yang tak terlalu jauh letaknya dari tempat mereka duduk, mereka akan menemukan Kebenaran. Kebenaran sedang menunggu mereka di sehamparan padang rumput hijau.

Mendadak pertengkaran pun terhenti. Gadis kecil itu kelihatan sangat manis, sehingga mereka ingin mempercayainya. Satu persatu mereka berangkat mengikutinya. Semakin banyak orang pergi menuju ke padang rumput tempat Kebenaran sedang menunggu mereka.

Sesampainya mereka di sana, mereka melihat satu sosok yang tak pernah dapat mereka bayangkan sebelumnya. Saat melihatnya mereka tak dapat menebak apakah ia seorang laki-laki atau seorang perempuan, apakah dia seorang dewasa atau masih kanak-kanak. Dahinya begitu murni dan bersih, seakan-akan ia tak pernah mengenal dosa. Matanya dalam dan serius seakan-akan ia sudah membaca isi hati seluruh dunia. Ketika mulutnya terbuka dan menyunggingkan senyum, itu adalah senyuman paling gemilang, namun kemudian senyum itu tenggelam digantikan getaran kepedihan tiada tara. Tangannya selembut tangan ibu dan seperkasa tangan seorang raja. Kakinya mantap menjejak tanah, namun tidak sekalipun menghancurkan sekuntum bunga. Dan ia memiliki sepasang sayap yang besar dan lembut, seperti sayap-sayap para burung malam.

Ketika semua orang sudah berkerumun mengelilinginya, sosok itu menegakkan tubuhnya dan berkata dengan suara yang bagaikan gema lonceng.

"Akulah Kebenaran."

"Itu Dongeng!" Kata Ilmu Pengetahuan.

"Itu Dongeng!" Seru Agama, Cinta, Emas dan Anggur.

Lalu kelima orang bijak dan pengikutnya masing-masing,  pergi meninggalkan tempat itu dan melanjutkan pertengkaran hebat mereka hingga mengguncang seisi dunia.

Tetapi beberapa orang tua yang sudah makan asam-garam kehidupan, beberapa anak muda yang dipenuhi rasa ingin tahu, dan ribuan anak-anak dengan mata yang jernih dan terbuka lebar, orang-orang ini tetap tinggal di padang rumput itu bersama-sama dengan Dongeng, bahkan hingga hari ini.


Cerita yang indah kan? Dan patut untuk kita renungkan bersama. Terutama di saat-saat sekarang ini. Ketika kebenaran versi masing-masing cenderung untuk memecah-belah dan membuat kita bertengkar hebat karena mempertahankan kebenaran masing-masing, dongeng justru bersifat komunal. Dongeng menembus sekat-sekat, ia mengumpulkan kita dan mengajarkan kita untuk mendengarkan, untuk mengkaji tanpa memaksakan dogma sebab kita diberi kebebasan untuk melakukan interpretasi. Kita diberikan kebebasan untuk mengambil apa yang diberikannya dan menjadikannya bekal dengan bentuk yang paling sesuai untuk hidup kita masing-masing sesuai dengan pemahaman kita masing-masing. Ia mempersatukan, tanpa menyeragamkan. Itu sebabnya, dongeng-dongeng Hans Christian Andersen, dapat diterima di seluruh dunia, meskipun dongeng-dongeng itu khas Eropa dan kental pengaruh Kristennya, tetapi kebenaran-kebenaran universal yang terkandung di dalam cerita-cerita ini menembus batas-batas budaya, agama dan waktu.

Friday, April 08, 2016

Being Single Is Not A Crime: Menjawab "Jomblo Juga Manusia! Ini Dia 9 Hal Yang Tidak Seharusnya Kamu Katakan Kepada Seorang Jomblo!" Oleh Ria The Chocolicious

Dalam entri Jomblo Juga Manusia! Ini Dia 9 Hal Yang Tidak Seharusnya Kamu Katakan Kepada Seorang Jomblo!, penulis Ria Tumimomor a.k.a Ria The Chocolicious, seorang food blogger sekaligus ahli dan praktisi (haha) jomblo, sama kayak saya, mengomel panjang lebar tentang betapa mampunya sebagian orang dalam masyarakat kita berlaku tidak sopan terhadap mereka (kami) yang masih melajang. Dan hal itu terasa dalam banyaknya meme-meme yang beredar, yang menjadikan status lajang sebagai bahan bulan-bulanan. Entah apa salah dan pelanggaran hukum berat apa yang sudah dilakukan oleh para lajang sehingga menerima perlakuan tak adil dan semena-mena itu. Ihiks...



Monday, April 04, 2016

Mengapa Memperbaiki Pompa Listrik Yang Tiba-tiba Tidak Mau Berfungsi Tidak Cukup Dengan Berdoa Saja? Ini Alasannya.


Masih ingat kenyinyiran saya tentang banjir di tetangga sebelah? Kalau lupa, mari saya ingatkan kembali.

Beberapa minggu yang lalu, saat hujan masih rajin turun, daerah tetangga sebelah kebanjiran. Apakah ada yang luar biasa kalau tetangga sebelah kebanjiran? Nggak juga, sebab banjir besar kayak gitu memang sudah tradisi, sudah jadi acara silaturahmi tahunan.

Dan apa kata gubernur tetangga soal banjir, dia bilang semoga Tuhan nurunin hujannya enggak banyak-banyak sehingga banjir yang menyerbu juga secukupnya saja. Lalu gimana penanganan banjir? Ya tunggu aja, hujan juga bakalan berenti, banjir pasti ikutan berenti. Simple kan? Terima nasib lah, ini kan bencana alam tahunan yang memang harus diterima-terima aja. Sungai penuh sampah? Jangan diapa-apain, kesian masyarakat yang sudah rajin buang sampah di sana, masak nggak dihargai?

Pak Gubernur yang terkenal saleh itu lebih suka berharap sama kebaikan hati Tuhan. Berharap Tuhan lebih bijaksana saat nurunin hujan, nggak buka keran air hujan sekencang-kencangnya, mengingat kondisi daerahnya yang barokah. Harus gitu kalau pemimpin yang saleh, bergantung sepenuh hati kudu sama yang di atas, ketimbang susah-susah bersihin sampah. Enakan gitu dong. Kenapa? Sebab kalau Tuhan mau, keajaiban bisa terjadi, sisbroooh! Biar kata sampah menyumbat seluruh sungai, daerahnya ga akan kebanjiran sebab mujizat itu nyata!!! *Singing halelujah!* Amin sodara!!! Take beer! Cheers!


Monday, March 28, 2016

4 Peraturan Yang Wajib Diketahui Pengarang Agar Sukses Menulis Cerita! Mau Tahu Apa Saja Mereka? Baca Tulisan Ini!

Haha, salah satunya adalah, wajib membuat judul yang bikin orang kepingin baca (itu kan salah satu teori copywriting, grab your audience attentions immediately with your post title!). Etapi, itu mah berikutnya ya, setelah membuat karangan baru mikirin penampilan karangan. Judul,  cover buku dan gimana kamu nyusun ceritanya itu semua termasuk dalam penampakan.

Seperti yang kalian seharusnya sudah tau, Jadi, salah satu kegilaan kegiatan sampingan saya adalah mempelajari tentang menulis cerita. Saking sukanya saya melakukan pencarian tentang teknik-teknik mengarang sampai akhirnya saya bikin blog khusus namanya Architext101 (belum ada penampakan isinya, masih ditabung di draft) untuk menampung teknik, tips dan entah apalagi yang nanti bakalan saya temukan. Hal ini nyambung dengan blog saya bersama teman-teman di KampungFiksi.com yang isinya semua tentang fiksi: pengarang, novel, cerpen, film (layar lebar/televisi), main-main ke sana aja kalau pingin tahu.

Lanjut yuk....

Mengarang cerita fiksi masuk dalam ranah kreatif (amin, saudara?), dan kreativitas mematuhi satu set aturan dan hukum yang nggak biasa. Kalau kamu melanggar aturan hukum tersebut kamu bakalan menghabiskan (terlampau) banyak energi tanpa menghasilkan apa-apa.

Kebanyakan calon pengarang menyerah kalah karena mereka melanggar peraturan tersebut. Ironisnya, pelanggaran dilakukan tanpa menyadari bahwa peraturan itu ada. Padahal, dengan melakukan pelanggaran tersebut (tet-tot!!!!) sama saja dengan menjerumuskan diri untuk melakukan hal yang mustahil. Apa akibatnya saat ngotot tetap keukeuh melakukan hal yang salah mustahil? Banjir nggak bakal berhenti mengguyur saat musim hujan tiba walaupun Bandung adanya di dataran tinggi! Jawab sendiri aja ya, saya udah duluan mikirin banjir akibat sampah yang nggak dibersihkan dengan berharap semoga hujannya yang dikendalikan sama Tuhan (puter mata), terlalu pemalas itu nggak kreatif menemukan solusi sodara, kreatifnya menemukan alesan dan membuat komentar yang memancing sandal melayang., pasti tau dong...

Kenapa hal itu terjadi? Karena adanya salah pengertian tentang bagaimana proses kerja yang seharusnya terjadi misalnya, mustinya bersihin sampah di sungai, tapi mikirnya curah hujanlah  yang kudu dikendalikan. Kebanyakan orang mengalami salah pengertian ini karena ia sudah terbiasa bertahun-tahun membiarkan banjir terjadi dengan aturan standar lalu dengan niat baik, memaksakan peraturan yang dikira masuk akal tersebut ke dalam proses mengarang. Karena peraturan yang diikutinya salah, hasilnya pun mengecewakan.

Haish, miss G, jadi apa dooong peraturan-peraturannya? Dari tadi ngomelnya soal banjir-banjiran melulu!

Mau tahu apa saja peraturan yang wajib diketahui oleh pengarang yang sakseus menulis ceritanya?


Sunday, March 27, 2016

Paskah: Memperingati Kematian & Merayakan Kebangkitan

Beberapa minggu yang lalu, seorang pendeta sebuah gereja di Semarang mendadak meninggal karena sakit jantung. Pendeta yang sangat dikasihi umatnya ini, sempat didoakan agar bangkit kembali karena mereka yang ditinggalkan masih belum bisa melepaskannya.

Hari Sabtu menjelang Paskah ini, seorang teman kehilangan tantenya karena penyakit ginjal yang diderita. Seorang tante yang saya kenal, di gereja, juga harus kehilangan suaminya akibat penyakit ginjal juga. Dua kematian pada hari yang sama, di hari Sabtu di mana Kristus yang mati pada hari Jumat sore dan turun ke dalam kerajaan maut untuk membebaskan manusia dari kuasa maut, sedang bersiap-siap untuk bangkit pada keesokan harinya.

Tapi, berbeda dengan Kristus yang kemudian bangkit dari kematiannya pada hari minggu Paskah ini, pendeta yang sempat didoakan agar bangkit dari kematian maupun mereka yang meninggal pada hari Sabtu kemarin, tidak bisa dibangkitkan. Mereka bukan Yesus, mereka juga bukan Lazarus.

Kematian mereka bersifat permanen untuk jangka waktu yang tidak diketahui sampai Kristus datang kembali dan setiap manusia dibangkitkan dari kematian dagingnya untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya selama berada di dunia ini.

Semua orang tanpa terkecuali, akan mati. Semua juga akan dibangkitkan untuk menghadapi pengadilan Allah. Tapi, menurut iman Kristen, orang-orang yang memiliki iman kepada Kristus, yang mengamini bahwa Kristus adalah Sang Juruselamat, sudah pasti diselamatkan oleh iman tersebut, saat mengalami pengadilan Allah. Dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan yang diperbuat, secara mutlak sudah ditebus.

Keyakinan tersebut karena iman Kristen percaya bahwa karya penyelamatan untuk umat manusia sudah dilakukan dan dituntaskan secara sempurna melalui pengorbanan Kristus di kayu salib. Itu sebabnya, Rasul Paulus berani berkata ia hidup untuk Kristus dan mati merupakan keuntungan. Sejak 'mengenal' Kristus di jalan menuju Damsyik dalam misinya mengejar dan membunuh pengikut Kristus, Paulus mengalami transformasi total, dari kontra-Yesus menjadi pro-Yesus. Sejak saat itu, ia hidup untuk dan di dalam Kristus, sehingga setelah mati pun, ia tetap hidup di dalam Kristus. Paulus mengimani bahwa jaminan tersebut berlaku kekal.

Berdasarkan pernyataan Paulus itu, maka dapat disimpulkan bahwa mereka yang hidup di dalam Kristus hitungannya adalah beruntung. Bahkan ketika kematian menjemput dan sengat maut memotong takdir kehidupan di dunia ini, kita tetap hidup di dalam Kristus, dan hanya itu yang kita perlukan.

Kematian adalah perpisahan yang memilukan. Kita tidak tahu kapan bisa bertemu kembali. Setiap orang dalam situasi mental yang normal dan sehat pastinya tidak punya keberanian juga untuk cepat-cepat menyusul sebesar apapun duka yang dirasakan. Duka itu sifatnya juga hanya sementara, insting untuk tetap hidup yang merupakan anugerah Tuhan selalu dan sudah seharusnya lebih kuat daripada keinginan untuk mati.

Duka itu juga pernah meraung-raung di sepanjang Via Dolorosa. Duka itu juga bertahta di puncak-puncak Golgotha. Duka itu juga menancap dalam-dalam di hati para pengikut Kristus. Tetapi, pada hari yang ketiga ketika batu penutup kubur digulingkan dan kubur itu menganga kosong tanpa jasad Kristus, saat itu, sengat maut sudah dipatahkan, kuasanya yang menakutkan telah dihancurkan. Duka digantikan dengan sukacita. Sebab sejak saat itu, kuasa kasih dan pengampunan berlaku. Kebangkitan Kristus menjamin perdamaian Allah dengan manusia. Iman Kristen bertumpu pada kebenaran kebangkitan tersebut.

Tidak semua orang mau percaya, kita semua tahu itu. Tidak ada yang bisa dipaksa untuk percaya. Sebab iman tak bisa dipaksa-paksa, tak bisa dimanipulasi, tak bisa dipalsukan. Iman datang dari pengertian. Pengertian berasal dari Roh Kudus. Beruntunglah mereka yang bisa percaya.

Monday, March 21, 2016

Gratcia Nulis' Tagline: Be True To Yourself, To Your Soul, To Your Own Voice, What's Yours?

Been away from blogging for so long and missing some of my old blogger friends. I used to read their posts, their life. Feeling like I know them personally, intimately, because of the stories they generously share on their blog. Tonight, when I wandered around, trying to find a glimpse of our glorious wonderful past, I visit their blogs, I read some old posts, I feel the connection again. The past is so near if only I refused to read the date. Unfortunately, I could not help to notice. It is not the same as before, because their life seems to stop there on their last post. I wonder what are they doing right now... Will they ever going to blog again? Will I ever be able to peek into their lives, again?

I do not have the answer...

But they did me a favor, a subtle eureka moment. Their posts, their stories, reminded me of why I blog, and the feeling I got from writing and then reading personal stories. That is why I am blogging. Because I love to think out loud. I need to tell my stories, I love to read them again and find out how different I felt or judge or thought about how things were back then, or realize nothing changes, I still feel the same I just understand it better or still lost. It is precious to me. I don't always understand me, the great I inside this growing old body of mine, but by reading about my past, I understand my right now, my today and what I stand for. The right and the wrong, everything changes, for better or worse, that's how life goes, and that is how I go too.

So i decided to let this blog to be as personal as I can allow myself to be. So someday in a not so near future, when I read this blog old posts, I don't feel like I have cheated on me because I cannot recognize my own voice. I save that for other blogs, haha... This old blog, will stay the same. It's about me: who I was before, who I am now, and who I will or might be but not, what I stood for and what I stand for. I will try to be as honest as the cunning shio monkey personality and the gemini duality can tolerate me to do. So, dear blog and dear readers, if there is one, you are stuck with me. I hope you enjoy the ride, I'm sure I will!

Friday, March 18, 2016

Perselingkuhan Hati, Salah Siapa? Apa Alasannya? Yang Mana Alasanmu?

Aih berat sangat ya kalau sudah mulai ngomongin soal hati, wkwkw, kalo sambel goreng ati rempela mah enak. *Iya, gue nyadar, becandaan gue garing, kriuk!* Eniweis, yang namanya hati, nggak bisa diatur-atur, itu semua orang juga tahu. Hati adalah organ tubuh yang paling jujur dan paling kena masalah ketika kita mengalami naik dan turun lonjakan emosi. Kamu tahu istilah heartbroken, alias patah hati, padahal yang dimaksud adalah gagal jantung. Nah, itu beneran lho, bener-bener terjadi. 

Ketika kamu mengalami patah hati, dan jantung kamu rasanya sakit luar biasa, seakan-akan ada kekuatan nggak manusiawi yang tega betul memecah dadamu lalu merogohkan tangannya ke dalam rongga itu untuk mencabut paksa jantungmu yang masih berdetak, saat itu, kamu memang sedang mengalami krisis. Sakit secara jiwa dan sakit secara raga, sedang terjadi. Kepedihan yang luar biasa, bisa membinasakan. Saat emosimu diaduk-aduk, hormon-hormon pemicu stres serempak bangun dan bergolak, mereka datang bertubi-tubi menggedor-gedor jantungmu. Saya nggak cuma jualan kecap aja seperti profesor naik-naik whatever eh maksudnya seperti mereka yang sukanya debat agama saya tahu apa yang saya bicarakan (cieh, cieh, siriyus lo si tante G), been there. 

Kalau bisa sih, ogah mengalami hal itu. Bisa? Bisa dong, mati aja sono, nggak bakal ngalamin hal-hal yang memang dialami oleh semua manusia yang hidup sekian lama tanpa terkecuali. Tentu tidak, saya kan sudah minum combantrin semua orang pernah mengalami patah hati akibat kekecewaan, apapun bentuknya. Yang paling lazim sih putus cintrong, itu nggak selesai-selesai ditulis dalam cerpen, novel maupun film. 

Gimana reaksi kebanyakan orang saat mengalaminya? Ada yang berlarut-larut berenang-renang di kolam airmatanya dan ada yang nggak membiarkan dirinya terlalu lama dikerjain sama situasi di luar kendalinya. Kamu termasuk yang mana? Jangan dijawab dulu, tahan dulu, kita akan kembali setelah break yang satu ini. *Krompyang!*

Mari kita lanjutkan. *Seruput jamu jeniper campur kunyit dulu, slulurp..hm, mau? Bikin sendiri aja, cuma jeruk nipis diperes, dicampur sama air larutan kunyit bubuk. Beres.*

Setelah semua masa-masa patah hati itu berlalu, dan kejadian-kejadian kemudian berjalan sesuai takdirnya masing-masing, kadang-kadang, apa yang kita kira sudah berlalu, ternyata nggak begitu juga kenyataannya. Kenyataannya, CLBK sering terjadi. Tau dong CLBK, cinta lama bersemi kembali, atau ada juga yang cinta lama nggak pernah mati, dia cuma pingsan sejenak atau sedang koma, dan sekarang bangkit lagi. Nggak masalah dong, kalau dua-duanya sama-sama nggak sedang terikat komitmen dengan orang lain. Yang jadi masalah, saat salah satu atau salah dua masih terikat dengan komitmen dengan pasangan masing-masing. Naitu...ba-ha-ya, cyiiin! Walau kedua belah pihak sama-sama bilang, "Biar cuma kita berdua saja yang tahu..." Tapi ya itu dia dong deh, kuncinya terletak pada kata 'kita', kata kolektif itu, yang tanpa sadar diucapkan oleh dua orang yang merasakan sebuah rasa istimewa karena apa yang mengikat mereka memang istimewa. Apalagi kalau ikatan mereka pada saat harus putus, sedang mesra-mesranya dan oleh sebuah kejadian tertentu mau nggak mau terpaksa harus putus. Dua-duanya sama-sama enggan berpisah, tapi kenyataan berkata lain.

Hmm.. Iya sih, di skenario itu pun terasa kelemahannya ya? Kalau memang cinta ya berjuang dong untuk mempertahankan cinta itu. Kalau nggak, jangan ngoceh soal cinta deh. Hidup itu perjuangan, darah itu merah jendral! Cetaaarrr!! Tapi, (hedeh kebanyakan tapi wkwkwk) percaya nggak percaya, cinta memang bukan segala-galanya ketika dihadapkan pada sebuah pilihan. Rasa sayang kepada orangtua, rasa bertanggungjawab karena ada bayi yang sedang tumbuh di dalam kandungan, dan berbagai macam alasan yang sebenarnya sangat terhormat, bisa mengalahkan cinta yang masih tumbuh di hati. Mengorbankan perasaan sendiri dan perasaan orang yang justru sangat dikasihi demi orang-orang lain yang sepertinya jauh lebih membutuhkan pada saat itu.

Mungkin, karena masa depan seperti apa yang menjulang di depan sana tak dapat diprediksi, sehingga jalan yang dipilih saat itu, justru jalan yang terasa paling aman. Dengan dukungan keluarga, cinta akan tumbuh dengan sendirinya. Anak akan menjadi perekat dalam pernikahan. Alasan-alasan ini terasa benar dan nyaman pada saat itu. Mungkin ada rasa ragu atau perasaan bersalah, tetapi ada kewajiban yang lebih besar yang harus dipenuhi, memastikan masa depan yang akan dijalani lebih stabil dibandingkan dengan resiko yang ditinggalkan di belakang. Sayangnya Celakanya, setelah tahun-tahun berlalu, tekanan yang ada pada saat itu, yang seakan-akan mendesak antara hidup dan mati, tidak lagi ada. Kelebayan telah berlalu, krisis berakhir sudah. Hari-hari berjalan normal, mungkin cenderung datar dan membosankan, masa depan tetap saja masih rahasia. Tiba-tiba saja, nggak sengaja melihat bayangannya di supermarket, atau eh tau-tau jadi pantia bareng di kelompok alumni. Kegelisahan dan kerinduan tentang dan terhadap seseorang yang tidak hilang juga itu, seakan terjawab. Ini macam dejavu atau malah kesempatan kedua. Setiap melihat pasangan, jadi berpikir, malah berpikir, seandainya yang dinikahi adalah si dia dan bukan pasangan saat ini, bagaimana rasanya?

Ayooo...bagaimana rasanya? Dan mulailah jalan-jalan setapak itu dirintis kembali. Ditelusuri dan dipertanyakan. Apakah keputusan saat itu sudah yang terbaik? Bila sudah, apakah sudah tepat untuk jangka panjang? Apakah mungkin mengambil keputusan yang berbeda bila bisa mengulang kembali? Jawabannya tentu hanya kamu, ya, ya, ya, kamuuuuuh mas, mbak, oom, tante...yang tahu...

Yang jelas, perselingkuhan hati itu terjadi dimana-mana. Nggak semua orang beruntung terkena kutukan kotak pandora cinta ini. Tapi buat kamu yang mengalaminya, harus kamu akui kan, perasaan itu keparat sekali!

Sekian!