Karena masa depan itu sungguh nyata ...dan harapanmu tidak akan hilang!
Showing posts with label Personal. Show all posts
Showing posts with label Personal. Show all posts

Thursday, October 27, 2016

Tadinya, Saya Memilih Ahok Bukan Karena Sama-sama Kristen, Tapi Sekarang...

Sejak 11 Oktober 2016, saya menutup akun Facebook untuk sementara waktu, sampai Februari 2017, setelah pilkada serempak selesai dilaksanakan. Alasan saya sederhana saja, muak membaca gonjang-ganjing isu agama dibawa ke politik, sebab saya jadi punya banyak alasan untuk menghina agama tertentu yang memang menurut pandangan subyektif saya, sangat patut terhina dan dihina justru karena ulah umatnya sendiri. Nah... intensitas emosi saya yang sudah seperti ini, menurut agama yang saya anut, tidak lagi patut untuk dibiarkan dan diikuti, karena seharusnya sebagai orang Kristen, selain selalu menyatakan kebenaran saya juga harus mampu melaksanakan ajaran Kristus yan satu ini, 'siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu' (Matius 5:39), intinya, menurut rasul Petrus, 'janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, caci maki dengan caci maki' (1Petrus 3:9). Karena saya tahu bahwa saya tidak akan mampu melakukan perintah tersebut kalau saya membiarkan diri saya tetap berada di lingkaran media sosial dan dampaknya bakalan buruk untuk kesehatan mental saya sendiri, maka saya memutuskan untuk menahan diri dan menghindar dari kemungkinan terburuk itu. Saya memutuskan untuk, walk away untuk sementara waktu. Facebook bukan sebuah kewajiban, hahaha...

Ketika waktunya tiba, saya sudah tahu saya akan memilih nomor dua. Tadinya, saya bukan memilih Ahok karena kami sama-sama kristen (baca di sini: Ini Alasan Mengapa Walaupun Saya Kristen, Tapi Tidak Serta-Merta Pilih Ahok). Tapi sekarang, justru karena Ahok cina kristen itulah maka dia mampu menunjukkan kualitasnya yang mumpuni. Justru karena Ahok, Cina dan Kristen, maka dia menjadi Ahok yang luar biasa itu. Kalau dia Cina dan mantan Kristen, bisa-bisa dia berakhir seperti Felix Siauw, ngeri nggak membayangkannya? Justru, karena dia Cina Kristen yang begitu vokal menyuarakan dan melakukan apa yang benar untuk bangsa ini, untuk ibu kota, untuk rakyat sesuai dengan hukum yang berlaku dan membuat pertimbangan2 sesuai ahlak serta ajaran agama yang dianutnya, maka dia jadi berbeda. Dia menjadikan dirinya tolok ukur bagi orang-orang Kristen lainnya bahwa di negara yang luar biasa bebasnya isu SARA dimainkan oleh sebagian populasinya, masih lebih banyak orang-orang yang ternyata waras dan berani mendukungmu, apapun agamamu dan apapun ras asalmu, asal kamu berani menunjukkan kebenaran dan tidak mundur ketika kesempatan diberikan kepadamu untuk melakukan perubahan.

Banyak orang kristen atau non-kristen yang baik, tapi takut-takut ketika kesempatan mereka ada, sehingga ketika seharusnya mereka bersinar, sinar mereka redup karena mereka tak berani tampil sebaik-baiknya, saat tampil sebaik-baiknya itu berarti harus melawan kelompok mayoritas yang korup dan bermoral rendah. Ahok tidak terintimidasi, dia justru dengan kepala tegak dan aksen bangka-belitongnya yang kental itu, secara menyolok menunjukkan bahwa, justru karena dia kristen maka dia harus bersinar seterang-terangnya, dia harus membuat perubahan, dia harus menjadi contoh bagaimana seorang anak Tuhan yang berjalan dalam terang melakukan tugas-tugasnya. Dia nekad membawa terang ke dalam kegelapan, membawa sinar itu sampai ke pelosok paling gelap di WC paling gelap dan paling busuk baunya. Dengan kenekadan itu, dia membuat raja jin, raja coro, raja ork dan begundal-begundal mereka  yang selalu bisa bersembunyi di dalam gelap, kini pontang-panting kelimpungan mencari jalan menghindari terang yang semakin lama semakin benderang itu. Ahok menunjukkan, ketika dia secara sadar tidak hanya bekerja untuk manusia, tapi juga bekerja untuk Tuhan, untuk melakukan hal yang benar di tengah politik yang tak pernah benar-benar hitam putih itu, maka Tuhan yang akan melapangkan jalannya, seberapa besarpun tantangan yang terus menghadang. Orang bisa bilang Ahok itu hoki, beruntung saja. Tapi keberuntungan yang terus-menerus? Hehehe.... Saya lebih percaya bahwa Tuhannya dan Tuhan saya, yang membukakan Laut Merah untuk Musa dan Israel, bukan Tuhan yang lemah dan karena itu perlu pasukan untuk membela dan menyelamatkannya. Tuhan yang disembah Ahok dan saya justru adalah Tuhan pembela dan penyelamat. Dialah satu-satunya Tangan Yang Kuat itu. Tak perduli berapa banyaknya tantangan dan rintangan, ketika Tangan Tuhan ada di atasmu, tak ada yang dapat menghalangimu. Bahkan kematian, bukan hal yang menakutkan sama sekali, itu sebabnya Ahok berani, dia tahu Tuhannya sudah mengalahkan kematian. Tuhan itu, yang menjadi pembelanya dan sandarannya.

Saya, tentunya, bukan pembela Ahok. Saya tidak mampu melakukannya. Siapa saya sih? Saya memilih untuk walk away, sebab saya percaya, Tuhan sudah memilih siapa juaranya. Tugas saya hanya cukup membuat pilihan sesuai hasil pengamatan dan hati nurani pada pilkada DKI di bulan Februari 2017. Gimana nanti skor akhirnya, itu sudah ada dalam suratan takdir. Tapi saya belum tahu takdir akan seperti apa. Syukurlah, dengan begitu saya masih bisa merasa saya punya andil dalam menentukan jalannya sejarah Jakarta. Saya ingin Jakarta maju dan berkembang di bawah kepemimpinan seorang cina kristen yang diberkati untuk memberkati kota ini. Maka, ya, sekarang saya memilih Ahok karena dia kristen dan karena dia cina dan karena saya seratus persen yakin dia mampu memimpin Jakarta menjadi jauh lebih baik daripada yang pernah dibayangkan. Jakarta yang terlahir kembali, lebih baik, lebih maju, lebih kuat!

Friday, April 08, 2016

Being Single Is Not A Crime: Menjawab "Jomblo Juga Manusia! Ini Dia 9 Hal Yang Tidak Seharusnya Kamu Katakan Kepada Seorang Jomblo!" Oleh Ria The Chocolicious

Dalam entri Jomblo Juga Manusia! Ini Dia 9 Hal Yang Tidak Seharusnya Kamu Katakan Kepada Seorang Jomblo!, penulis Ria Tumimomor a.k.a Ria The Chocolicious, seorang food blogger sekaligus ahli dan praktisi (haha) jomblo, sama kayak saya, mengomel panjang lebar tentang betapa mampunya sebagian orang dalam masyarakat kita berlaku tidak sopan terhadap mereka (kami) yang masih melajang. Dan hal itu terasa dalam banyaknya meme-meme yang beredar, yang menjadikan status lajang sebagai bahan bulan-bulanan. Entah apa salah dan pelanggaran hukum berat apa yang sudah dilakukan oleh para lajang sehingga menerima perlakuan tak adil dan semena-mena itu. Ihiks...



Monday, April 04, 2016

Mengapa Memperbaiki Pompa Listrik Yang Tiba-tiba Tidak Mau Berfungsi Tidak Cukup Dengan Berdoa Saja? Ini Alasannya.


Masih ingat kenyinyiran saya tentang banjir di tetangga sebelah? Kalau lupa, mari saya ingatkan kembali.

Beberapa minggu yang lalu, saat hujan masih rajin turun, daerah tetangga sebelah kebanjiran. Apakah ada yang luar biasa kalau tetangga sebelah kebanjiran? Nggak juga, sebab banjir besar kayak gitu memang sudah tradisi, sudah jadi acara silaturahmi tahunan.

Dan apa kata gubernur tetangga soal banjir, dia bilang semoga Tuhan nurunin hujannya enggak banyak-banyak sehingga banjir yang menyerbu juga secukupnya saja. Lalu gimana penanganan banjir? Ya tunggu aja, hujan juga bakalan berenti, banjir pasti ikutan berenti. Simple kan? Terima nasib lah, ini kan bencana alam tahunan yang memang harus diterima-terima aja. Sungai penuh sampah? Jangan diapa-apain, kesian masyarakat yang sudah rajin buang sampah di sana, masak nggak dihargai?

Pak Gubernur yang terkenal saleh itu lebih suka berharap sama kebaikan hati Tuhan. Berharap Tuhan lebih bijaksana saat nurunin hujan, nggak buka keran air hujan sekencang-kencangnya, mengingat kondisi daerahnya yang barokah. Harus gitu kalau pemimpin yang saleh, bergantung sepenuh hati kudu sama yang di atas, ketimbang susah-susah bersihin sampah. Enakan gitu dong. Kenapa? Sebab kalau Tuhan mau, keajaiban bisa terjadi, sisbroooh! Biar kata sampah menyumbat seluruh sungai, daerahnya ga akan kebanjiran sebab mujizat itu nyata!!! *Singing halelujah!* Amin sodara!!! Take beer! Cheers!


Monday, March 28, 2016

4 Peraturan Yang Wajib Diketahui Pengarang Agar Sukses Menulis Cerita! Mau Tahu Apa Saja Mereka? Baca Tulisan Ini!

Haha, salah satunya adalah, wajib membuat judul yang bikin orang kepingin baca (itu kan salah satu teori copywriting, grab your audience attentions immediately with your post title!). Etapi, itu mah berikutnya ya, setelah membuat karangan baru mikirin penampilan karangan. Judul,  cover buku dan gimana kamu nyusun ceritanya itu semua termasuk dalam penampakan.

Seperti yang kalian seharusnya sudah tau, Jadi, salah satu kegilaan kegiatan sampingan saya adalah mempelajari tentang menulis cerita. Saking sukanya saya melakukan pencarian tentang teknik-teknik mengarang sampai akhirnya saya bikin blog khusus namanya Architext101 (belum ada penampakan isinya, masih ditabung di draft) untuk menampung teknik, tips dan entah apalagi yang nanti bakalan saya temukan. Hal ini nyambung dengan blog saya bersama teman-teman di KampungFiksi.com yang isinya semua tentang fiksi: pengarang, novel, cerpen, film (layar lebar/televisi), main-main ke sana aja kalau pingin tahu.

Lanjut yuk....

Mengarang cerita fiksi masuk dalam ranah kreatif (amin, saudara?), dan kreativitas mematuhi satu set aturan dan hukum yang nggak biasa. Kalau kamu melanggar aturan hukum tersebut kamu bakalan menghabiskan (terlampau) banyak energi tanpa menghasilkan apa-apa.

Kebanyakan calon pengarang menyerah kalah karena mereka melanggar peraturan tersebut. Ironisnya, pelanggaran dilakukan tanpa menyadari bahwa peraturan itu ada. Padahal, dengan melakukan pelanggaran tersebut (tet-tot!!!!) sama saja dengan menjerumuskan diri untuk melakukan hal yang mustahil. Apa akibatnya saat ngotot tetap keukeuh melakukan hal yang salah mustahil? Banjir nggak bakal berhenti mengguyur saat musim hujan tiba walaupun Bandung adanya di dataran tinggi! Jawab sendiri aja ya, saya udah duluan mikirin banjir akibat sampah yang nggak dibersihkan dengan berharap semoga hujannya yang dikendalikan sama Tuhan (puter mata), terlalu pemalas itu nggak kreatif menemukan solusi sodara, kreatifnya menemukan alesan dan membuat komentar yang memancing sandal melayang., pasti tau dong...

Kenapa hal itu terjadi? Karena adanya salah pengertian tentang bagaimana proses kerja yang seharusnya terjadi misalnya, mustinya bersihin sampah di sungai, tapi mikirnya curah hujanlah  yang kudu dikendalikan. Kebanyakan orang mengalami salah pengertian ini karena ia sudah terbiasa bertahun-tahun membiarkan banjir terjadi dengan aturan standar lalu dengan niat baik, memaksakan peraturan yang dikira masuk akal tersebut ke dalam proses mengarang. Karena peraturan yang diikutinya salah, hasilnya pun mengecewakan.

Haish, miss G, jadi apa dooong peraturan-peraturannya? Dari tadi ngomelnya soal banjir-banjiran melulu!

Mau tahu apa saja peraturan yang wajib diketahui oleh pengarang yang sakseus menulis ceritanya?


Monday, March 21, 2016

Gratcia Nulis' Tagline: Be True To Yourself, To Your Soul, To Your Own Voice, What's Yours?

Been away from blogging for so long and missing some of my old blogger friends. I used to read their posts, their life. Feeling like I know them personally, intimately, because of the stories they generously share on their blog. Tonight, when I wandered around, trying to find a glimpse of our glorious wonderful past, I visit their blogs, I read some old posts, I feel the connection again. The past is so near if only I refused to read the date. Unfortunately, I could not help to notice. It is not the same as before, because their life seems to stop there on their last post. I wonder what are they doing right now... Will they ever going to blog again? Will I ever be able to peek into their lives, again?

I do not have the answer...

But they did me a favor, a subtle eureka moment. Their posts, their stories, reminded me of why I blog, and the feeling I got from writing and then reading personal stories. That is why I am blogging. Because I love to think out loud. I need to tell my stories, I love to read them again and find out how different I felt or judge or thought about how things were back then, or realize nothing changes, I still feel the same I just understand it better or still lost. It is precious to me. I don't always understand me, the great I inside this growing old body of mine, but by reading about my past, I understand my right now, my today and what I stand for. The right and the wrong, everything changes, for better or worse, that's how life goes, and that is how I go too.

So i decided to let this blog to be as personal as I can allow myself to be. So someday in a not so near future, when I read this blog old posts, I don't feel like I have cheated on me because I cannot recognize my own voice. I save that for other blogs, haha... This old blog, will stay the same. It's about me: who I was before, who I am now, and who I will or might be but not, what I stood for and what I stand for. I will try to be as honest as the cunning shio monkey personality and the gemini duality can tolerate me to do. So, dear blog and dear readers, if there is one, you are stuck with me. I hope you enjoy the ride, I'm sure I will!

Sunday, March 13, 2016

Saat Pintu Tertutup, Apa Yang Kamu Lakukan?

Ada pepatah yang sering banget digaung-gaungkan dan meme-memenya beredar luas di internet, bunyinya, saat sebuah pintu ditutup ada jendela yang terbuka. Maling banget itu ya, nggak bisa ngeliat ada celah langsung dipanjat! Padahal saudara-saudara sebangsa dan setanah-air, sebahasa pastinya, sebab kalau enggak kalian nggak bakal bisa baca tulisan keceh ini, *kembali ke topik* padahal, sebetulnya kalau sebuah pintu, ditutup, selama enggak dikunci atau digembok, bisa dibuka lagi! Surpriseeee!! Bahkan kalopun dikunci, selama lo punya kuncinya juga dan sang kunci dicabut dari lubang kunci, atas dasar apa elu nggak berusaha buka itu pintu apalagi kalau itu pintu rumah sendiri? Oh, please, be reasonable lah.. Jangan terlalu lemah dan lebay gitu, begitu pintu ditutup langsung lemes, sementara yang punya jiwa rampok malah manjat jendela, wuakaka, terlaluuu...

Ada tujuannya nggak postingan ini? Iye, bentar deh, gue memang sedang nyari tujuan, mau kemana dibawa perasaan inih....

Maksudnya, masih berkaitan dengan entri Mari kita coba lagi yang kemarin itu (gue mah gitu orangnya, belom tuntas-tuntas juga ngebahas yang nggak penting-penting), seringkali kita begitu mudah mengharu-biru dan baper. Mellow lalu bawaannya meong-meong kayak si puss yang dikurung di luar rumah. Masuk akal kalau dia enggak bisa buka pintu, lha kita? Suka lupa fungsi pintu itu apaan, dia nggak cuma bisa dipakai untuk menutup tapi juga untuk membuka. Jadi, kalau itu pintu ditutup tapi kamu belum selesai ngomelnya, ya buka aja lagi trus lanjutin ngomel. Dan ingat juga, kalau kamu yang sengaja menutup pintu, jangan lupa cepat-cepat dikunci lalu digembok, kemudian periksa jendela jangan sampai ada yang terbuka, percuma kunci pintu tapi lupa tutup jendela -____- .

Intinya, *hastagah tante G, masi berlanjut????* pintu yang tertutup enggak selalu berarti nggak bisa dibuka lagi, jadi jangan terlalu cepat cari jendela, cobain dulu, bisa dibuka atau enggak, kalau masih bisa, pikir dulu, bener kamu mau masuk ke dalamnya? Kalau mau, silakan masuk, dan hadapi segala konsekuensinya, toh kamu bisa lari keluar juga kalau ternyata di dalam adalah rumah hantu..hiiiy... Kalau kamu males masuk, ya main-main aja dulu di luar, ke mal, misalnya...  Kalau itu pintu rumah orang, berarti kamu udah disuruh pulang, maka pulanglah. Kalau itu pintu rumah saya, kamu selalu welcome asal bawa kue atau makanan enak (sate padang, lidah saos mayones, babi kecap, always welcome).

Sekian.

Saturday, March 12, 2016

Ini Alasan Mengapa Walaupun Saya Kristen, Tapi Tidak Serta-Merta Pilih Ahok!

Saya kristen, dan pada pilkada 2012 yang lalu, pada putaran pertama, saya keukeuh memilih Faisal Basri dan wakilnya (lupa siapa), padahal saat itu pasangan lain yang menjadi unggulan adalah JokoHok.

Mengapa saya memilih Faisal Basri, karena saya percaya ia bersih, dan yang paling melegakan adalah dia berani maju lewat jalur independen.
Sayangnya, Faisal Basri tersingkir dan tidak masuk putaran kedua. Saya dan kawan-kawan di goa betmen sempat galau, sebab enggan memilih Foke, tapi sangat ragu dengan Jokohok justru karena Ahok berasal dari Gerindra. Saya gemetar memikirkan mereka berhasil menguasai Jakarta sebagai batu lompatan Oom Wowo untuk jadi RI1. Jakarta terasa gelap gulita, ngalah-ngalahin 3 menit GMT di katulistiwa.

Tapi, seperti halnya GMT cepat berlalu, demikian pula au ah gelap saya saat itu segera ditepis karena membaca status-status dari seorang teman FB yang keukeuh mendukung Jokohok pada saat itu. Ia rajin membagikan link-link informasi yang akhirnya saya baca-baca juga dan daripada memilih Foke, saya merasa suara saya jauh lebih berguna untuk memilih Jokohok, gimana Prabowo nanti serahkan saja sama Tuhan (iya, saya emang serius, wkwkwk). Akhirnya, pada hari H-nya dengan sedikit saja keraguan, saya memilih tidak golput dan memberikan suara untuk Jokohok. Mereka menjadi pemenangnya. Singkat cerita, Tuhan mendengar doa saya, Oom Wowo ternyata ditelikung oleh Megawati dan Jokowi yang justru menjadikan posisinya sebagai DKI1 sebagai batu lompatan untuk melawan Oom Wowo memperebutkan RI1.

Saat itu saya berpikir, kemungkinan besar Ahok akan mendukung Oom Wowo, ternyata saya salah lagi. Hahaha...senangnyaaaa... Saya senang sekali saya selalu salah kira tentang Jokowi dan Ahok, pada saat itu. Saya pikir mereka berdua sama seperti kerupuk-kerupuk melempem lainnya, ternyata mereka bukan kerupuk, mereka itu justru si angin perubahan yang ketika bertiup nggak ada yang bisa menghentikannya.

Saya merasa Tuhan sedang bilang, jangan bersandar pada pengertianmu sendiri! Sebab pengertian saya memang cuma sedikit (banget), tahu apa saya tentang masa depan dan siapa-siapa saja yang mau dipakai pemilik semesta untuk mendatangkan kebaikan dan damai sejahtera bagi orang-orang yang dikasihiNya? Akhirnya saya menyadari bahwa Jokowi dan Ahok adalah jawaban dari doa-doa itu. Mereka berdua sama-sama tidak punya kekuatan yang selazimnya menjadi modal para pemimpin. Latar belakang naiknya mereka ke permukaan sungguh-sungguh tidak masuk akal! Tapi apa yang rasanya tidak mungkin menurut standar manusia, bukan penghalang bagi sang takdir. Jokowi naik menjadi RI1 dan Ahok, cina kristen yang blak-blakan itu naik menjadi DKI1.

Tentu saja FPI gempar dan gusar, apalagi yang lebih menakutkan bagi preman berjubah selain tuan gubernur non-muslim, cina pula? Tentu saja mereka harus berusaha menjatuhkan, menggertak,mengancam, menakut-nakuti dan akhirnya dipreteli oleh sang gubernur. Ada kekuatan doa yang pastinya besar sekali menopang pak Ahok ini sehingga ia dimampukan untuk melaksanakan tugas yang dipikulnya.

Seiring dengan perubahan-perubahan yang terus dikerjakan oleh RI1, demikian pula irama kerja si DKI1. Ahok melakukan pembenahan-pembenahan yang brutal terhadap DKI, baik dari sisi birokrasi maupun pembangunan infrastruktur. Zero tolerance terhadap penyimpangan-penyimpangan dan oknum-oknum korup. Dia seperti traktor yang trengginas, menggilas dan meratakan apa yang menghalangi lahirnya pemerintahan dki yang bersih dan transparan. Dia memecat, dia menggusur, dia menghardik, dia membentak, dia melawan. Righteous anger, itu yang membuatnya kokoh, ada api yang menyala-nyala di dadanya dan tidak dapat dipadamkan. Nothing to lose, sebab mati adalah keuntungan, katanya, mengutip pernyataan Rasul Paulus. Tetapi, bukan kemampuannya mengutip ayat-ayat kitab suci itu yang kemudian membuat saya bersikukuh untuk memilihnya, bahkan saat video-video 'mulut comberan'-nya beredar luas, tidak membuat nilai kerjanya menjadi berkurang di mata saya.

Ya, nilai kerja. Nilai kerjanya itu yang sungguh-sungguh nyata, dapat dilihat dan dirasakan. Jalan-jalan yang lebih rapih. Kantor kelurahan yang lebih sigap melayani masyarakat, dan nuansa optimis yang berdetak di jantung Jakarta. Transportasi umum dibenahi, pasukan preman intoleran yang selama bertahun-tahun sang jendral berkuasa malah makin malang melintang di ibu kota kini bungkam, skandal-skandal keuangan dibongkar, dan pembangunan LRT dan MRT terus berjalan, tak ada proyek mangkrak. Stasiun-stasiun kereta menjadi kinclong. Taman-taman kota bermunculan dan diperindah. Banjir berkurang. Bangunan kumuh dibongkar dan penghuninya dipindahkan ke rusun yang lebih layak.

Gilaaaa..... Itu semua dilakukannya hanya dalam waktu 3 tahun! Sementara selama bertahun-tahun sebelumnya, entah apa yang sudah terjadi. Jadi, gilakah saya kalau saya tidak memilih Ahok? Jelas. Begitu dimudahkannya saya dan seluruh warga Jakarta untuk memilih apa yang baik bagi kami dan kota kami. Apakah saya ngotot memilih Ahok karena ia seiman dengan saya? Wkwkwk....tuduhan sinting. Jelas tidak. Ngapain juga memilih Ahok hanya karena dia seiman dengan saya, kurang kerjaan, mendingan saya mencalonkan adik saya aja jadi gubernur lewat jalur independen kalau mau begitu, sudah seiman, sodara pulak. Lha ini, sodara bukan, kenal juga enggak, tapi hasil kerjanya saya rasakan. Maka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan non SARA itu, saya tetap berani menyatakan Ahok is the best.

Apakah dengan begitu tidak ada calon lain yang berhak maju? Gila apa lu? Ya silakan aja siapa juga yang mau maju ya majulah. Tapi kalau maju sambil membully Ahok, siap-siap saja dibully dan pastinya tidak dipilih oleh mereka yang seperti saya. Itu aja sih...



Mari Kita Coba Lagi

Hidup ini penuh dengan kesempatan, demikian kata orang-orang optimis. Dan, gue termasuk salah satu dari sekian banyak orang yang menyebalkan untuk didengerin sama mereka yang suka teriak-teriak 'kiamat sudah dekat, kalau elo nggak bersama gue, lo gue kirim sekarang juga ke neraka'--kayak udah iye aja gitu, dia yang nentuin kapling-kapling di surga atau neraka. Yes, I believe in second, third--even thousands of, chances. Selama elo nggak mabok dan kepayahan sendiri ngulang lagi ngulang lagi, usaha lagi, lagi, lagi dan lagi, mah, siapa juga yang bisa menghentikan lo? Contoh paling afdol itu Leonardo deCaprio, yang setelah bertahun-tahun dibully habis-habisan karena enggak juga menang-menang Oscar, akhirnyaaa, jreng! di tahun Monyet yang terberkati ini dia bisa bilang sama para pencemoohnya, "Woiy, nyet! Gue dapat oscar juga akhirnya!" Lo kira monyet-monyet pencemooh itu kalau disuruh mengalami nasib yang sama dengan bang Leo bakal kuat menghadapi bullyan bertahun-tahun? Mungkin enggak, mungkin mereka dengan lebay sudah berdoa minta diubah jadi kelinci atau tikus daripada jadi monyet terus-terusan. Memang cuma monyet yang tabah yang bakal jadi raja monyet dan berhak memanjat menara paling tinggi lalu menepuk dada saat berubah menjadi King Kong.


Eniweis, tujuan saya menulis entri ini, bukan untuk ngelantur seperti kumpulan-kumpulan kalimat di atas, iyes, ini adalah bagian dimana saya melakukan disclaimer tak bertanggungjawab atas tulisan ngelantur yang bakal bikin kepala kalian para pembaca menjadi berkunang-kunang, mata mampet dan hidung pusing. Tapi nekad baca terus sampai habis, war biasah ya, itu perjuangan hempas datang lagi hempas datang lagi berlaku banget buat orang-orang ndablek macam kita-kita, wahahaha... See.. auooo..ngelantur banget kemana-mana. 

Oke, ini sirius. Kenapa coba saya kasih judul entri ini sebagai: Mari kita coba lagi? Iya, kenapa kok saya malah balik nanya sama kalian wahai pemirsaaah?!? 

*Benerin kacamata plus-plus* 

Jadi begini--sekarang beneran serius, selama sekian tahun ngeblog, saya udah ganti tujuan entah berapa ratus ribu kali, muahahaa, tante-tante labil. Dari mulai blog diary, blog puisi, blog resensi buku, blog teknik menulis, trus akhirnya enggak ngeblog-ngeblog saking kepingin monetize blog tapi, oh Tuhaaan, betapa pemalasnya akuuuh *remas-remas konde*, akhirnya saya menyerah.... Setelah melakukan soul searching selama beberapa tahun (wuakakakaaaa) akhirnya saya nyadar bahwa sebagai peternakan blog yang berpola pikir random, saya harus terima bahwa saya ini masuk kategori nyinyiers, yang memang takdirnya harus punya blog pribadi yang ga bisa dipake untuk ngisi atm, tapi bisa dipake untuk mensyiarkan isi kepala saya, buat ngoceh-ngoceh tentang apa saja yang seorang tante-tante 40-an tahun menuju 50-an tahun bisa ocehkan dan kelak akan jadi jejak-jejak saya di dunia maya. Ihiks... sumpeh gue malah jadi jiper abis nulis soal jejak-jejak itu, too serious gitu kesannya. Tapi, asudahlah, ada pepatah yang bilang elo bakalan lebih nyesel karena nggak melakukan sesuatu hal daripada melakukannya.

So, apa hubungannya dengan mari mulai lagiiih??? Iya, ini udah mau masuk ke poin yang itu. Hubungannya adalah, blog ini dimulai lagi dari titik nol, hehehe, dari sejak postingan ini, blog ini saya anggap lahir baru, menunaikan takdir awalnya, menjadi semacam diary online. Tempat saya menuliskan segala apa yang terlintas di kepala, atau segala gosip-gosip kekinian versi saya. Biar saya jadi bagian dari mereka-mereka yang menulis ya untuk menulis di blog, memuaskan hasrat, masturbasi opini, apalah-apalah kata dunia, tak mengapa, daripada mampet dan cuma jadi ingus?

So here we go again, the journey begins...