Saturday, March 12, 2016

Ini Alasan Mengapa Walaupun Saya Kristen, Tapi Tidak Serta-Merta Pilih Ahok!

Saya kristen, dan pada pilkada 2012 yang lalu, pada putaran pertama, saya keukeuh memilih Faisal Basri dan wakilnya (lupa siapa), padahal saat itu pasangan lain yang menjadi unggulan adalah JokoHok.

Mengapa saya memilih Faisal Basri, karena saya percaya ia bersih, dan yang paling melegakan adalah dia berani maju lewat jalur independen.
Sayangnya, Faisal Basri tersingkir dan tidak masuk putaran kedua. Saya dan kawan-kawan di goa betmen sempat galau, sebab enggan memilih Foke, tapi sangat ragu dengan Jokohok justru karena Ahok berasal dari Gerindra. Saya gemetar memikirkan mereka berhasil menguasai Jakarta sebagai batu lompatan Oom Wowo untuk jadi RI1. Jakarta terasa gelap gulita, ngalah-ngalahin 3 menit GMT di katulistiwa.

Tapi, seperti halnya GMT cepat berlalu, demikian pula au ah gelap saya saat itu segera ditepis karena membaca status-status dari seorang teman FB yang keukeuh mendukung Jokohok pada saat itu. Ia rajin membagikan link-link informasi yang akhirnya saya baca-baca juga dan daripada memilih Foke, saya merasa suara saya jauh lebih berguna untuk memilih Jokohok, gimana Prabowo nanti serahkan saja sama Tuhan (iya, saya emang serius, wkwkwk). Akhirnya, pada hari H-nya dengan sedikit saja keraguan, saya memilih tidak golput dan memberikan suara untuk Jokohok. Mereka menjadi pemenangnya. Singkat cerita, Tuhan mendengar doa saya, Oom Wowo ternyata ditelikung oleh Megawati dan Jokowi yang justru menjadikan posisinya sebagai DKI1 sebagai batu lompatan untuk melawan Oom Wowo memperebutkan RI1.

Saat itu saya berpikir, kemungkinan besar Ahok akan mendukung Oom Wowo, ternyata saya salah lagi. Hahaha...senangnyaaaa... Saya senang sekali saya selalu salah kira tentang Jokowi dan Ahok, pada saat itu. Saya pikir mereka berdua sama seperti kerupuk-kerupuk melempem lainnya, ternyata mereka bukan kerupuk, mereka itu justru si angin perubahan yang ketika bertiup nggak ada yang bisa menghentikannya.

Saya merasa Tuhan sedang bilang, jangan bersandar pada pengertianmu sendiri! Sebab pengertian saya memang cuma sedikit (banget), tahu apa saya tentang masa depan dan siapa-siapa saja yang mau dipakai pemilik semesta untuk mendatangkan kebaikan dan damai sejahtera bagi orang-orang yang dikasihiNya? Akhirnya saya menyadari bahwa Jokowi dan Ahok adalah jawaban dari doa-doa itu. Mereka berdua sama-sama tidak punya kekuatan yang selazimnya menjadi modal para pemimpin. Latar belakang naiknya mereka ke permukaan sungguh-sungguh tidak masuk akal! Tapi apa yang rasanya tidak mungkin menurut standar manusia, bukan penghalang bagi sang takdir. Jokowi naik menjadi RI1 dan Ahok, cina kristen yang blak-blakan itu naik menjadi DKI1.

Tentu saja FPI gempar dan gusar, apalagi yang lebih menakutkan bagi preman berjubah selain tuan gubernur non-muslim, cina pula? Tentu saja mereka harus berusaha menjatuhkan, menggertak,mengancam, menakut-nakuti dan akhirnya dipreteli oleh sang gubernur. Ada kekuatan doa yang pastinya besar sekali menopang pak Ahok ini sehingga ia dimampukan untuk melaksanakan tugas yang dipikulnya.

Seiring dengan perubahan-perubahan yang terus dikerjakan oleh RI1, demikian pula irama kerja si DKI1. Ahok melakukan pembenahan-pembenahan yang brutal terhadap DKI, baik dari sisi birokrasi maupun pembangunan infrastruktur. Zero tolerance terhadap penyimpangan-penyimpangan dan oknum-oknum korup. Dia seperti traktor yang trengginas, menggilas dan meratakan apa yang menghalangi lahirnya pemerintahan dki yang bersih dan transparan. Dia memecat, dia menggusur, dia menghardik, dia membentak, dia melawan. Righteous anger, itu yang membuatnya kokoh, ada api yang menyala-nyala di dadanya dan tidak dapat dipadamkan. Nothing to lose, sebab mati adalah keuntungan, katanya, mengutip pernyataan Rasul Paulus. Tetapi, bukan kemampuannya mengutip ayat-ayat kitab suci itu yang kemudian membuat saya bersikukuh untuk memilihnya, bahkan saat video-video 'mulut comberan'-nya beredar luas, tidak membuat nilai kerjanya menjadi berkurang di mata saya.

Ya, nilai kerja. Nilai kerjanya itu yang sungguh-sungguh nyata, dapat dilihat dan dirasakan. Jalan-jalan yang lebih rapih. Kantor kelurahan yang lebih sigap melayani masyarakat, dan nuansa optimis yang berdetak di jantung Jakarta. Transportasi umum dibenahi, pasukan preman intoleran yang selama bertahun-tahun sang jendral berkuasa malah makin malang melintang di ibu kota kini bungkam, skandal-skandal keuangan dibongkar, dan pembangunan LRT dan MRT terus berjalan, tak ada proyek mangkrak. Stasiun-stasiun kereta menjadi kinclong. Taman-taman kota bermunculan dan diperindah. Banjir berkurang. Bangunan kumuh dibongkar dan penghuninya dipindahkan ke rusun yang lebih layak.

Gilaaaa..... Itu semua dilakukannya hanya dalam waktu 3 tahun! Sementara selama bertahun-tahun sebelumnya, entah apa yang sudah terjadi. Jadi, gilakah saya kalau saya tidak memilih Ahok? Jelas. Begitu dimudahkannya saya dan seluruh warga Jakarta untuk memilih apa yang baik bagi kami dan kota kami. Apakah saya ngotot memilih Ahok karena ia seiman dengan saya? Wkwkwk....tuduhan sinting. Jelas tidak. Ngapain juga memilih Ahok hanya karena dia seiman dengan saya, kurang kerjaan, mendingan saya mencalonkan adik saya aja jadi gubernur lewat jalur independen kalau mau begitu, sudah seiman, sodara pulak. Lha ini, sodara bukan, kenal juga enggak, tapi hasil kerjanya saya rasakan. Maka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan non SARA itu, saya tetap berani menyatakan Ahok is the best.

Apakah dengan begitu tidak ada calon lain yang berhak maju? Gila apa lu? Ya silakan aja siapa juga yang mau maju ya majulah. Tapi kalau maju sambil membully Ahok, siap-siap saja dibully dan pastinya tidak dipilih oleh mereka yang seperti saya. Itu aja sih...



12 comments:

  1. ulasan yang pas bgd di hati aku nih mbk, meskipun bukan wrga jekardah, aku antusias bgd nih, ngikutin brita menjelang ttg pilkada 2017 nanti.
    selamat menuju pilkada 2017 bwt warga jekardah yak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai, thanks ya, semoga Jakarta memilih yang terbaik, semoga koh Ahok bukan satu-satunya pilihan yang terbaik, sebab kalau cuma ada Ahok terus selanjutnya nanti gimana? *mewek* saya jadinya wkwkwk. Semoga gubernur atau walkot/bupati yang keren2 nanti dirotasi gitu nanganin kota2/daerah lain setelah periode mereka berakhir di daerah yang dipimpinnya. *Aish...gw udah kayak iye aja siriyus bener, presiden juga bukan, boro2 presiden, ketua RT juga bukan -_-*

      Delete
  2. menarik mbak ceritanya, yang baca jadi kayak ikut di dalemnya :)
    kebetulan saya juga di pilgub empat tahun lalu pilih jokowi-ahok dari putaran pertama hingga kedua.

    btw, kalo soal prabowo, ga seburuk itu kok...
    saya pemilih beliau pada 9 juli 2014, tapi sejak saat itu, sekarang, hingga 2019 tetap ngakuin jokowi sebagai presiden.
    masa lalu emang ga bisa diilangkan (stigma), seenggaknya beliau udah berbuat yg terbaik untuk negeri ini dengan mencalonkan jokowi-ahok.

    untuk pilgub 2017, bagi saya, ahok itu anomali pemimpin saat ini
    salah satu yang terbaik meski kerap kontroversi he he he

    *maaf kepanjangan, abisnya asyik baca artikelnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asik malah panjang-panjang, thanks ya. Mungkin saya memang 'trauma' klan Soeharto, atau saya tipe yang kalau ada yg baru mengapa musti pilih yang lama, hehehe. Sebagai warga Jakarta perubahan memang terasa, macetnya aja yang tambah gila memang, tapi ada alasan yang masuk akal, jadi bisa dimaklumi. ^_^ pokoknya apa yang terbaik saja buat Jakarta, udah saatnya kita melampaui KL atau Singapura, masak kita doang yang begini-begini aja huhuhu -_- ga mauuuu...*hentak-hentak kaki*

      Delete
  3. saya bukan warga jakarta.... jg ga pernah ke jakarta... sering bingung klo liat artikel yg njatuhin ahok dengan cerita saudara dan teman2 yg biasa nya sering dinas ke jakarta. saya percaya dengan cerita teman2 yg mengatakan banyaknya perubahan di jakarta. persis yg anda tulis. jalanan, birokrasi, banjir dll.
    perubahan itu ada walu ga se drastis yg diinginkan sebagian orang. namun ahok sudah membuktikan bahwa dia mampu merubah jakarta yg notabene tidak bisa dilakukan oleh gubernur sebelumnya...
    saya dukung ahok tanpa liat SARA

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wow... Thanks ya, atas dukungannya. :D

      Masih kental nuansa SARA sih, tapi semoga saja karena jurus itu yang terus-terusan dipakai, akhirnya jurus itu menjenuhkan karena udah ketebak. Ini juga yang main ayat bukan hanya yang Muslim, tapi yang Kristen juga sama aja, terutama ya penentang Ahok. Kepengen juga rasanya ada larangan mengeksploitasi ayat-ayat suci saat mempromosikan seorang calon. Kalo tetep ngeyel, calonnya didiskualifikasi, huahahahaa... Ntar malah jadi saling menjebak, lebih ribet si.. >.<

      Delete
  4. Mantap mbak... Jokohok mmg sumber pelita harapan baru bangsa ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya dan semoga makin banyak bermunculan pemimpin dan calon-calon pemimpin yang seperti mereka. Amin. Thanks ya... :D

      Delete
  5. Haha... masyarakat Jakarta sudah makin terbuka dan nggak mempan dengan issue SARA. Yang terbaik untuk Jakarta!

    Omong-omong, saya juga suka dengan sosok Pak Faisal Basri mbak G!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget, semoga menular ke daerah2 lain saat Ahok menang. Apapun yg nanti terjadi, saya percaya kita sudah belajar sangat banyak sejak pilpres 2014 yang lalu.

      Faisal Basri itu kerennya dia konsisten jadi orang baik. Senang sekali lihatnya.

      Semoga makin banyak orang baik naik ke permukaan. Thanks Kei....

      Delete
  6. Suka sekali tulisan ini.

    Kalau penulis keliling Jakarta, ke tempat2/daerah yang dulunya 'jelek'. Sekarang bisa disulap jadi 'kayak di luar negeri.' Dan gak banjir di tempat2 langganan banjir.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Senangnya ya. Makanya, saya waras, jadi saya pilih gubernur yang disangka gila sama mereka yang kurang waras. Hehehe.. Thanks Erri.

      Delete

Dear Readers, di blog ini, semua komentar yang masuk dimoderasi dulu. Jadi, jangan kaget kalau komentarmu 'menghilang', nggak langsung nongol, sebab musti saya baca dulu, renungkan dulu (cieeeh), baru deh boleh nongol di blog. Terima kasih sudah menyempatkan untuk berkomentar. :)